BAGIAN
1
Mawar
yang Hilang
500 tahun sebelum hari ini
Dengan lembut semilir angin membelai wajahku yang basah karena air mata
bercucuran dengan hebat di wajahku. Meskipun begitu cerah dan indahnya tempatku
berpijak sekarang. Mawar merah bertaburan dari arah pedang biru yang di pegang
lelaki itu membuatku kehilangan seluruh keindahan yang mengelilingiku.
“JANGAN !” Begitu kencang aku
berteriak pada pemuda berambut biru di depanku sampai aku lupa bagaimana cara
untuk berpijak dan terjatuh di tanah.
Satu . . . .
Dua . . . .
Tiga . . . .
Dalam hitungan detik tiga kibasan
pedang pemuda tampan itu menusuk tubuh pengawalku. Dengan penuh susah payah
kuangkat kakiku dan berlari kearah mereka yang terletak beberapa jengkal
dariku. Aku melihat betapa menderitanya wajah pemuda itu, darah merah keluar
dari dadanya dan kedua matanya. Sejenak Juno mencoba untuk berdiri dengan
gontai namun gagal dan kembali terjatuh ke tanah. Semakin dekat kakiku berpijak
di tanah yang di penuhi darah pemuda dengan rambut kuning yang tidak lain
adalah Juno orang yang paling aku cintai.
Beberapa detik kemudian, tanpa daya
Juno berbaring di tanah dan memandang langit seolah mejadi pemandangan terakhir
di jendela matanya yang nyaris terpejam. Berulang kali ia memuntahkan darah
segar lewat mulutnya. ku pegang dadanya untuk menghentikan darah yang terus
keluar sambil menatap wajahnya lekat-lekat. Tanganku mulai gemetar dan tenagaku
mulai terkuras, namun Juno hanya bisa menatapku dengan kosong di penuhi rasa
takut.
“aku mencintaimu, maafkan aku karena
aku tidak bisa melindungimu lagi !” satu muntahan darah memuncrat lewat
mulutnya. Tangannya yang dingin memegang tangan kananku seketika terlepas
dengan lembut.
“ku mohon, jangan tinggalkan aku !”
jeritku. Namun, lelaki itu tetap menutup kedua matanya.
Tanpa terasa aku mulai menjerit
memanggil senyum, canda, dan pelukan pemuda itu kembali lagi seperti semula.
Dengan mata sedih kulihat pemuda dengan mata coklat di depanku ikut meneteskan
air matanya yang bagiku itu hanya air mata sampah.
“JUNO !” jeritku lagi dan lagi tanpa
ada balasan, pedang menancap di dadanya begitu dalam berhasil mengoyak
jantungnya. Dengan tangan gemetar kucabut pedang yang menarik roh pengawal yang
sangat aku cintai, lalu berdiri menghadap lelaki yang membunuhnya.
“lebih baik aku mati dari pada aku
harus hidup tanpanya, maafkan aku pangeran !” ku angkat pedang itu dan
mengarahkan mata pedang tepat di jantungku. Dengan diiringi air mata kutusukkan
pedang itu ke jantungku.Di saat yang bersamaan angin menarik mawar merah yang
berterbangan di sekeliling kami seolah mengucapkan salam perpisahan. Rasa sakit
yang sangat hebat menghujam seluruh sel-sel tubuhku membuatku terduduk di
tanah.
“Putri, apa yang kau lakukan ?”
teriak pangeran di depanku sambil berlari kearahku.
Dengan lembut ku rasakan semilir
angin mengantarkan tangan pemuda berambut biru itu ke pipiku. Kupandangi wajah
sempurnanya dengan seksama mencoba mengingat wajah orang yang membunuh sesuatu
yang hidupnya sangat berarti bagiku. Meskipun bau mawar ini akan menutupi
betapa menusuknya bau darahku. Namun, bisakah mawar itu menjadi pemandangan
terakhir bagiku. betapa melelahkannya hidup ini, ku tarik sudut bibirku yang
penuh dengan darah yang aku keluarkan.
“aku akan mati bersamamu, aku
mencintaimu !” ku dorong pedang itu lagi dan lagi agar dapat masuk ke dalam
tubuhku merobek jantungku lalu menghentikan jantungku berdetak.
Beberapa detik kemudian terasa
kepalaku berputar hebat dan aku terungkur di atas tubuh Juno, aku tersenyum dan
meraih tangan Juno disaat aku mulai menikmati rasa sakit yang akan
memulangkanku kembali pada Juno.
****
500 TAHUN KEMUDIAN, JAKARTA,
INDONESIA
Author Pov
Waktu berjalan dengan begitu cepat,
tanah tempat cinta mereka kandas kini telah berubah menjadi ladang
perindustrian dan menjadi Negara yang sangat maju, musimpun berganti menjadi 4
musim akibat dari pemanasan global, gedung, dan perkantoran menjadi pemandangan
biasa. Namun, awal dari kisah baru mereka di mulai kembali setelah melewati
beberapa masa sebelumnya.
Hari ini 21 Maret 2025
GLORIA POV
“aku bermimpi aneh lagi ?” dengan
air mata bibirku mengucap kata itu. ku pegang dadaku yang sesak mencoba
mengingat wajah pemuda itu yang perlahan memudar dari ingatanku. siapa
sebenarnya pemuda itu ?, pemuda dengan pakaian aneh itu ?, apa aku pernah
bertemu dengannya ?. perlahan-lahan air mata kembali mengalir melewati pelupuk
mataku. Perasaan aneh apa ini ? rasanya sangat menyakitkan. Ku tarik seprei
kasurku yang putih dan mencoba menidurkan kembali tubuhku
“bisakah aku bertemu denganmu lagi ?
meskipun hanya di dalam mimpi ?” tanyaku sambil menatap langit-langit kamar.
Beberapa menit kemudian.
Sekarang wajah pemuda itu telah
sepenuhnya menghilang dari ingatanku, ku angkat tubuhku yang terasa berat dan
berdiri sambil melihat tubuh lunglai seorang wanita berambut coklat panjang
terurai di kaca hiasku. Perlahan-lahan kakiku melangkah untuk membasuh air
mataku dan masuk ke kamar mandi lalu memutar kran air untuk membersihkan
tubuhku, setelah penuh tanpa berpikir panjang ku tenggelamkam kepalaku di air
yang telah bereaksi dengan busa lembut sabun dengan wangi mawar yang sangat
kusukai.
***
“Benar ! entah siapa pemuda itu,
inilah aku !” kataku sambil mengenakan setelan seragamku dan berangkat ke
sekolah. Aku hanyalah gadis berumur 17 tahun, hidup tanpa semangat,
satu-satunya temanku di dunia ini hanyalah kamarku yang kosong. Setiap kali aku
menengok ke belakang hanya terlihat orang-orang dengan tatapan sinisnya,
tatapan itu seolah berbisik kepadaku ‘siapa kau ?’ rasanya dunia yang ku lewati
benar-benar buntu. Jalan ? tidak, bagiku hidup ini hanyalah lorong kecil dan
sempit yang penuh dengan kepenatan hati.
“maaf !” kata wanita berambut hitam
yang tiba-tiba menabrakku, akupun tersenyum ringan untuk memberi tanda bahwa
aku memaafkannya.
Tiba-tiba air jatuh tepat di
hidungku, ku tatap langit yang mendung, ‘apakah hari ini akan hujan ?’ tanyaku
seraya ku ulurkan tanganku dan air mulai berjatuhan dari atas, hujan adalah hal
yang sangat kusukai di dunia ini, ‘apa disudut sana orang itu juga merasakan
air yang jatuh ini ?’ ku lihat halte bus dan menghampirinya untuk berteduh
padahal sekolahan sudah dekat, mengapa hujannya deras sekali.
***
Beberapa menit kemudian
“pemberhentian bus SMA CAMELIA !”
terdengar dengan keras suara speaker yang berbunyi di depanku seraya
menghentikan laju bus.
Satu persatu orang dengan seragam
sama sepertiku keluar dari dalam bus tersebut, menatapku dengan tatapan kosong,
payung-payung terbuka dan menutupi pandanganku, ku lihat pemuda yang tidak
memakai seragam keluar dari dalam bus, dia mengibaskan rambutnya yang berwarna
kuning dan tersenyum sambil membuka payungnya yang berwarna merah, tiba-tiba
payung orang-orang di depanku kembali menghalangi pandanganku, membuat
mataku yang bulat harus berputar mencari sosok pemuda itu, orang itu ! yang
selalu muncul dalam mimpiku ?
“dimana dia ? dimana ?” tanyaku
sambil berlari mencari keberadaanya.
Tiba-tiba air hujan berhenti
menjatuhi tubuhku, kulihat langit di atasku kini tertutupi oleh payung merah,
untuk sesaat aku berdiri mematung dan langkah kaki seseorang terdengar berjalan
memutari separuh tubuhku dan menghentikan langkahnya tepat di depanku.
“bajumu basah semua, apa ini SMA
CAMELIA ?” Tanya pemuda dengan rambut coklat, aku tersadar ternyata pemuda itu
bukan dia, tapi orang lain.
“apa aku bermimpi lagi ?” kataku
nyaris tak terdengar, wajah tampan pemuda itu kini tepat di depanku dan
memamerkan senyumnya yang terlihat seperti senyuman iblis di memori otakku.
“hai nona, aku murid baru boleh aku
ikut denganmu, bisa kau tunjukkan padaku dimana ruang TU ?” tanyanya dengan
nada sopan, membuatku menganggukkan kepalaku.
“namaku Zelo ! namamu siapa ?” ku
lihat wajah tampan pemuda yang memayungiku, bajunya putih tertutupi kemeja
kotak-kotak berwarna biru dan celananya berwarna coklat, terlihat begitu
sempurna menghias tubuhnya yang tinggi namun mengapa wajahnya benar-benar
terasa tidak asing bagiku.
“apa ini pertama kalinya aku bertemu
?” ucapku nyaris tak terdengar.
“apa yang kau katakan ?” tanyanya
sambil melihat mataku.
“wah ! matamu benar-benar indah !
bulat dan biru, apa kau memakai kontaklens ?” tanyanya sambil tersenyum,
sementara aku hanya memperhatikan para siswi yang berjalan di sekelilingku yang
terus memperhatikannya.
“bukan apa-apa, namaku Gloria
Rosemarry dan kau bisa memanggilku Gle. disana ! ruang TU-nya !” jawabku sambil
menunjuk ke arah ruang TU yang terletak sekitar 30m dari tempat kami berdiri.
“Gle ? nama macam apa itu ?
apa semacam lem ?” ejeknya sambil tertawa, suaranya terdengar bariton dan
sangat tidak sesuai dengan wajahnya yang seperti anak kecil.
“hah hari ini cerah sekali, senang
bertemu denganmu nona lem !” katanya dan hujan tiba-tiba berhenti.
“hah dimana Zion ? kenapa dia malah
meninggalkanku ? hujannya sudah reda, bye !” Zelo melambaikan tangannya sambil
tersenyum.
Hari yang cerah ? apa menurutnya
hujan merupakan hari yang cerah sama sepertiku ?.
***
DI DALAM KELAS 2-2, RUANG KELAS
GLORIA.
“coba lihat gadis jahat ini, apa kau
baru saja masuk ke dalam got ?” ejek Victoria diiringi tatapan sinis yang lain.
“aku bertanya padamu ! apa kau tidak
mendengarku ?” tiba-tiba tubuhku terdorong ke lantai dan tersungkur di
samping meja karena dorongan seseorang dari belakang. Kuringkuk kakiku ke dalam
pelukanku sambil menutup kedua telingaku dari orang-orang di sampingku yang
berteriak menyebutku sebagai ‘anak pembunuh’ dengan kejam.
“hentikan !” teriakku sambil menangis
berulang kali. Namun, mereka tetap saja memojokkanku dan terus menghakimiku
tanpa peduli betapa sakitnya perasaanku.
“gadis jahat, apa kau tidak tahu ?
sekali saja aku melihatmu, membuatku tidak bisa menahan diriku untuk melakukan
ini, dasar anak pembunuh !” mata Victoria berkobar bagaikan nyala api yang
penuh dengan rasa dendam.
Seandainya waktu itu terulang
kembali, seandainya aku tidak terlambat memberitahunya, mungkinkah hubungan
persahabatan kami tidak akan hancur seperti ini ? bagaimanapun juga aku memang
salah karena mempunyai ayah seorang pembunuh. Karena hari itulah semua berita
tentang ayahku berhasil tersebar padahal rahasia itu sudah kusembunyikan sejak
aku lahir. Ayahku adalah ketua gangster dan pembunuh bayaran, ia di suruh para
orang-orang berkuasa untuk membunuh orang-orang yang mencoba menghalangi
jalannya termasuk ayah Victoria yang mati terbunuh di tangan ayahku sendiri.
Di usiaku yang menginjak 17 tahun.
Untuk sedetikpun, aku belum pernah tahu seperti apa wajah ayahku itu, yang dia
berikan padaku hanyalah cacian dan makian tanpa sedikitpun rasa sayang yang
bisa kuterima darinya. Berulang kali aku bersujud dan meminta agar aku bisa
bertemu dengannya. Namun, yang ku dapatkan hanyalah pukulan yang membuat memar
sekujur tubuhku.
“maafkan aku Victoria !” ucapku dan
gadis itu menjambak rambutku sambil menangis di sampingku.
“kembalikan ayahku !” teriak
Victoria sekali lagi, entah sudah berapa banyak ia mengucapkan kalimat itu
kepadaku.
“gadis jahat kembalikan ayahku !”
semestinya Victoria adalah teman baikku, namun karena ayahku persahabatan kami
hancur. Setelah itu, Victoria menganggapku sebagai seorang musuh terjahat di
dunia yang penuh sesak ini. padahal hanya Victorialah satu-satunya alasan aku
bisa tersenyum dan dengan hitungan menit ayahku berhasil mengubah kebahagiaanku
menjadi mimpi buruk yang mengerikan.
***
Atap gedung sekolah.
Sebenarnya apa alasannya tuhan memberiku kehidupan di dunia ini jika hanya
kematian yang aku rasakan setiap hari. Mungkin aku tidak punya alasan untuk
hidup lagi di dunia ini, dengan kaki gemetar kunaiki pagar dan berdiri sambil
memejamkan mataku, terasa semilir angin yang begitu segar masuk ke dalam rongga
hidungku yang basah karena air mataku.
“Gloria ! hentiakan !”teriak sebuah
suara yang akan sangat kurindukan. Kubuka kedua mataku dan melihat ke bawah.
Terlihat wajah Victoria di bawah sambil menutup mulutnya dengan tangannya.
“Gle hentikan ! ” tiba-tiba
orang-orang berkumpul memperhatikanku sambil menyorakiku agar aku turun dari
sini.
Kututup kembali mataku dan kembali
menikmati semilir angin yang berhembus dengan kencangnya mengenani wajahku yang
di penuhi air mata, tiba-tiba sesuatu mendorong tubuhku dan membuatku jatuh
dari tempat berpijak ke bawah.
1 detik . . .
2 detik . . .
3 det-
Mataku masih terpejam mengingat
seberapa tinggi gedung ini, jika aku jatuh aku pasti langsung mati,
perlahan-lahan mataku terbuka kulihat wajah seorang pemuda tampan di atasku
yang ikut terjatuh bersamaku dan wajah kami saling berhadapan satu sama lain.
‘kau datang lagi ? apa kau datang
untuk menjemputku ?’ gumamku, namun lelaki itu mengulurkan kedua tangannya
“maafkan aku !” teriak pemuda itu
sambil memegang pinggulku dan kami jatuh bersama
“ka-u !” darah mengalir dengan
cepatnya diiringi dengan orang-orang yang meneriaki namaku dan namanya yang
membuatku mengenal namanya.
“Zion ! apa yang kau lakukan !”
teriak seseorang dari bawah. kutatap lagi wajah pemuda yang memeluk tubuhku.
wajah ini ? . . . .
kau ? . . . .
orang itu ? . . . .
Mataku melotot melihat wajahnya dan
tetesan air mataku terbang mengenai wajahnya yang sangat ku rindukan.
****
^ShyWolf^
keren :D cerpen buatan mu sendiri ?
ReplyDelete