Thursday, July 4, 2013

500 Years Later #1



BAGIAN 1
Mawar yang Hilang

500  tahun sebelum hari ini
            Dengan lembut semilir angin membelai wajahku yang basah karena air mata bercucuran dengan hebat di wajahku. Meskipun begitu cerah dan indahnya tempatku berpijak sekarang. Mawar merah bertaburan dari arah pedang biru yang di pegang lelaki itu membuatku kehilangan seluruh keindahan yang mengelilingiku.
“JANGAN !” Begitu kencang aku berteriak pada pemuda berambut biru di depanku sampai aku lupa bagaimana cara untuk berpijak dan terjatuh di tanah.
Satu . . . .
Dua . . . .
Tiga . . . .
Dalam hitungan detik tiga kibasan pedang pemuda tampan itu menusuk tubuh pengawalku. Dengan penuh susah payah kuangkat kakiku dan berlari kearah mereka yang terletak beberapa jengkal dariku. Aku melihat betapa menderitanya wajah pemuda itu, darah merah keluar dari dadanya dan kedua matanya. Sejenak Juno mencoba untuk berdiri dengan gontai namun gagal dan kembali terjatuh ke tanah. Semakin dekat kakiku berpijak di tanah yang di penuhi darah pemuda dengan rambut kuning yang tidak lain adalah Juno orang yang paling aku cintai.
Beberapa detik kemudian, tanpa daya Juno berbaring di tanah dan memandang langit seolah mejadi pemandangan terakhir di jendela matanya yang nyaris terpejam. Berulang kali ia memuntahkan darah segar lewat mulutnya. ku pegang dadanya untuk menghentikan darah yang terus keluar sambil menatap wajahnya lekat-lekat. Tanganku mulai gemetar dan tenagaku mulai terkuras, namun Juno hanya bisa menatapku dengan kosong di penuhi rasa takut.
“aku mencintaimu, maafkan aku karena aku tidak bisa melindungimu lagi !” satu muntahan darah memuncrat lewat mulutnya. Tangannya yang dingin memegang tangan kananku seketika terlepas dengan lembut.
“ku mohon, jangan tinggalkan aku !” jeritku. Namun, lelaki itu tetap menutup kedua matanya.
Tanpa terasa aku mulai menjerit memanggil senyum, canda, dan pelukan pemuda itu kembali lagi seperti semula. Dengan mata sedih kulihat pemuda dengan mata coklat di depanku ikut meneteskan air matanya yang bagiku itu hanya air mata sampah.
“JUNO !” jeritku lagi dan lagi tanpa ada balasan, pedang menancap di dadanya begitu dalam berhasil mengoyak jantungnya. Dengan tangan gemetar kucabut pedang yang menarik roh pengawal yang sangat aku cintai, lalu berdiri menghadap lelaki yang membunuhnya.
“lebih baik aku mati dari pada aku harus hidup tanpanya, maafkan aku pangeran !” ku angkat pedang itu dan mengarahkan mata pedang tepat di jantungku. Dengan diiringi air mata kutusukkan pedang itu ke jantungku.Di saat yang bersamaan angin menarik mawar merah yang berterbangan di sekeliling kami seolah mengucapkan salam perpisahan. Rasa sakit yang sangat hebat menghujam seluruh sel-sel tubuhku membuatku terduduk di tanah.
“Putri, apa yang kau lakukan ?” teriak pangeran di depanku sambil berlari kearahku.
Dengan lembut ku rasakan semilir angin mengantarkan tangan pemuda berambut biru itu ke pipiku. Kupandangi wajah sempurnanya dengan seksama mencoba mengingat wajah orang yang membunuh sesuatu yang hidupnya sangat berarti bagiku. Meskipun bau mawar ini akan menutupi betapa menusuknya bau darahku. Namun, bisakah mawar itu menjadi pemandangan terakhir bagiku. betapa melelahkannya hidup ini, ku tarik sudut bibirku yang penuh dengan darah yang aku keluarkan.
“aku akan mati bersamamu, aku mencintaimu !” ku dorong pedang itu lagi dan lagi agar dapat masuk ke dalam tubuhku merobek jantungku lalu menghentikan jantungku berdetak.
Beberapa detik kemudian terasa kepalaku berputar hebat dan aku terungkur di atas tubuh Juno, aku tersenyum dan meraih tangan Juno disaat aku mulai menikmati rasa sakit yang akan memulangkanku kembali pada Juno.
****
500 TAHUN KEMUDIAN, JAKARTA, INDONESIA
Author Pov
            Waktu berjalan dengan begitu cepat, tanah tempat cinta mereka kandas kini telah berubah menjadi ladang perindustrian dan menjadi Negara yang sangat maju, musimpun berganti menjadi 4 musim akibat dari pemanasan global, gedung, dan perkantoran menjadi pemandangan biasa. Namun, awal dari kisah baru mereka di mulai kembali setelah melewati beberapa masa sebelumnya.

Hari ini 21 Maret 2025
GLORIA POV
“aku bermimpi aneh lagi ?” dengan air mata bibirku mengucap kata itu. ku pegang dadaku yang sesak mencoba mengingat wajah pemuda itu yang perlahan memudar dari ingatanku. siapa sebenarnya pemuda itu ?, pemuda dengan pakaian aneh itu ?, apa aku pernah bertemu dengannya ?. perlahan-lahan air mata kembali mengalir melewati pelupuk mataku. Perasaan aneh apa ini ? rasanya sangat menyakitkan. Ku tarik seprei kasurku yang putih dan mencoba menidurkan kembali tubuhku
“bisakah aku bertemu denganmu lagi ? meskipun hanya di dalam mimpi ?” tanyaku sambil menatap langit-langit kamar.
Beberapa menit kemudian.
Sekarang wajah pemuda itu telah sepenuhnya menghilang dari ingatanku, ku angkat tubuhku yang terasa berat dan berdiri sambil melihat tubuh lunglai seorang wanita berambut coklat panjang terurai di kaca hiasku. Perlahan-lahan kakiku melangkah untuk membasuh air mataku dan masuk ke kamar mandi lalu memutar kran air untuk membersihkan tubuhku, setelah penuh tanpa berpikir panjang ku tenggelamkam kepalaku di air yang telah bereaksi dengan busa lembut sabun dengan wangi mawar yang sangat kusukai.
***
“Benar ! entah siapa pemuda itu, inilah aku !” kataku sambil mengenakan setelan seragamku dan berangkat ke sekolah. Aku hanyalah gadis berumur 17 tahun, hidup tanpa semangat, satu-satunya temanku di dunia ini hanyalah kamarku yang kosong. Setiap kali aku menengok ke belakang hanya terlihat orang-orang dengan tatapan sinisnya, tatapan itu seolah berbisik kepadaku ‘siapa kau ?’ rasanya dunia yang ku lewati benar-benar buntu. Jalan ? tidak, bagiku hidup ini hanyalah lorong kecil dan sempit yang penuh dengan kepenatan hati.
“maaf !” kata wanita berambut hitam yang tiba-tiba menabrakku, akupun tersenyum ringan untuk memberi tanda bahwa aku memaafkannya.
Tiba-tiba air jatuh tepat di hidungku, ku tatap langit yang mendung, ‘apakah hari ini akan hujan ?’ tanyaku seraya ku ulurkan tanganku dan air mulai berjatuhan dari atas, hujan adalah hal yang sangat kusukai di dunia ini, ‘apa disudut sana orang itu juga merasakan air yang jatuh ini ?’ ku lihat halte bus dan menghampirinya untuk berteduh padahal sekolahan sudah dekat, mengapa hujannya deras sekali.
***
Beberapa menit kemudian

“pemberhentian bus SMA CAMELIA !” terdengar dengan keras suara speaker yang berbunyi di depanku seraya menghentikan laju bus.
Satu persatu orang dengan seragam sama sepertiku keluar dari dalam bus tersebut, menatapku dengan tatapan kosong, payung-payung terbuka dan menutupi pandanganku, ku lihat pemuda yang tidak memakai seragam keluar dari dalam bus, dia mengibaskan rambutnya yang berwarna kuning dan tersenyum sambil membuka payungnya yang berwarna merah, tiba-tiba payung orang-orang di depanku kembali menghalangi pandanganku,  membuat mataku yang bulat harus berputar mencari sosok pemuda itu, orang itu ! yang selalu muncul dalam mimpiku ?
“dimana dia ? dimana ?” tanyaku sambil berlari mencari keberadaanya.
Tiba-tiba air hujan berhenti menjatuhi tubuhku, kulihat langit di atasku kini tertutupi oleh payung merah, untuk sesaat aku berdiri mematung dan langkah kaki seseorang terdengar berjalan memutari separuh tubuhku dan menghentikan langkahnya tepat di depanku.
“bajumu basah semua, apa ini SMA CAMELIA ?” Tanya pemuda dengan rambut coklat, aku tersadar ternyata pemuda itu bukan dia, tapi orang lain.
“apa aku bermimpi lagi ?” kataku nyaris tak terdengar, wajah tampan pemuda itu kini tepat di depanku dan memamerkan senyumnya yang terlihat seperti senyuman iblis di memori otakku.
“hai nona, aku murid baru boleh aku ikut denganmu, bisa kau tunjukkan padaku dimana ruang TU ?” tanyanya dengan nada sopan, membuatku menganggukkan kepalaku.
“namaku Zelo ! namamu siapa ?” ku lihat wajah tampan pemuda yang memayungiku, bajunya putih tertutupi kemeja kotak-kotak berwarna biru dan celananya berwarna coklat, terlihat begitu sempurna menghias tubuhnya yang tinggi namun mengapa wajahnya benar-benar terasa tidak asing bagiku.
“apa ini pertama kalinya aku bertemu ?” ucapku nyaris tak terdengar.
“apa yang kau katakan ?” tanyanya sambil melihat mataku.
“wah ! matamu benar-benar indah ! bulat dan biru, apa kau memakai kontaklens ?” tanyanya sambil tersenyum, sementara aku hanya memperhatikan para siswi yang berjalan di sekelilingku yang terus memperhatikannya.
“bukan apa-apa, namaku Gloria Rosemarry dan kau bisa memanggilku Gle. disana ! ruang TU-nya !” jawabku sambil menunjuk ke arah ruang TU yang terletak sekitar 30m dari tempat kami berdiri.
 “Gle ? nama macam apa itu ? apa semacam lem ?” ejeknya sambil tertawa, suaranya terdengar bariton dan sangat tidak sesuai dengan wajahnya yang seperti anak kecil.
“hah hari ini cerah sekali, senang bertemu denganmu nona lem !” katanya dan hujan tiba-tiba berhenti.
“hah dimana Zion ? kenapa dia malah meninggalkanku ? hujannya sudah reda, bye !” Zelo melambaikan tangannya sambil tersenyum.
Hari yang cerah ? apa menurutnya hujan merupakan hari yang cerah sama sepertiku ?.
***

DI DALAM KELAS 2-2, RUANG KELAS GLORIA.

“coba lihat gadis jahat ini, apa kau baru saja masuk ke dalam got ?” ejek Victoria diiringi tatapan sinis yang lain.
“aku bertanya padamu ! apa kau tidak mendengarku ?” tiba-tiba tubuhku terdorong ke lantai dan tersungkur di  samping meja karena dorongan seseorang dari belakang. Kuringkuk kakiku ke dalam pelukanku sambil menutup kedua telingaku dari orang-orang di sampingku yang berteriak menyebutku sebagai ‘anak pembunuh’ dengan kejam.
“hentikan !” teriakku sambil menangis berulang kali. Namun, mereka tetap saja memojokkanku dan terus menghakimiku tanpa peduli betapa sakitnya perasaanku.
“gadis jahat, apa kau tidak tahu ? sekali saja aku melihatmu, membuatku tidak bisa menahan diriku untuk melakukan ini, dasar anak pembunuh !” mata Victoria berkobar bagaikan nyala api yang penuh dengan rasa dendam.
Seandainya waktu itu terulang kembali, seandainya aku tidak terlambat memberitahunya, mungkinkah hubungan persahabatan kami tidak akan hancur seperti ini ? bagaimanapun juga aku memang salah karena mempunyai ayah seorang pembunuh. Karena hari itulah semua berita tentang ayahku berhasil tersebar padahal rahasia itu sudah kusembunyikan sejak aku lahir. Ayahku adalah ketua gangster dan pembunuh bayaran, ia di suruh para orang-orang berkuasa untuk membunuh orang-orang yang mencoba menghalangi jalannya termasuk ayah Victoria yang mati terbunuh di tangan ayahku sendiri.
Di usiaku yang menginjak 17 tahun. Untuk sedetikpun, aku belum pernah tahu seperti apa wajah ayahku itu, yang dia berikan padaku hanyalah cacian dan makian tanpa sedikitpun rasa sayang yang bisa kuterima darinya. Berulang kali aku bersujud dan meminta agar aku bisa bertemu dengannya. Namun, yang ku dapatkan hanyalah pukulan yang membuat memar sekujur tubuhku.
“maafkan aku Victoria !” ucapku dan gadis itu menjambak rambutku sambil menangis di sampingku.
“kembalikan ayahku !” teriak Victoria sekali lagi, entah sudah berapa banyak ia mengucapkan kalimat itu kepadaku.
“gadis jahat kembalikan ayahku !” semestinya Victoria adalah teman baikku, namun karena ayahku persahabatan kami hancur. Setelah itu, Victoria menganggapku sebagai seorang musuh terjahat di dunia yang penuh sesak ini. padahal hanya Victorialah satu-satunya alasan aku bisa tersenyum dan dengan hitungan menit ayahku berhasil mengubah kebahagiaanku menjadi mimpi buruk yang mengerikan.
***
Atap gedung sekolah.
            Sebenarnya apa alasannya tuhan memberiku kehidupan di dunia ini jika hanya kematian yang aku rasakan setiap hari. Mungkin aku tidak punya alasan untuk hidup lagi di dunia ini, dengan kaki gemetar kunaiki pagar dan berdiri sambil memejamkan mataku, terasa semilir angin yang begitu segar masuk ke dalam rongga hidungku yang basah karena air mataku.
“Gloria ! hentiakan !”teriak sebuah suara yang akan sangat kurindukan. Kubuka kedua mataku dan melihat ke bawah. Terlihat wajah Victoria di bawah sambil menutup mulutnya dengan tangannya.
“Gle hentikan ! ” tiba-tiba orang-orang berkumpul memperhatikanku sambil menyorakiku agar aku turun dari sini.
Kututup kembali mataku dan kembali menikmati semilir angin yang berhembus dengan kencangnya mengenani wajahku yang di penuhi air mata, tiba-tiba sesuatu mendorong tubuhku dan membuatku jatuh dari tempat berpijak ke bawah.

1 detik . . .
2 detik . . .
3 det-


Mataku masih terpejam mengingat seberapa tinggi gedung ini, jika aku jatuh aku pasti langsung mati, perlahan-lahan mataku terbuka kulihat wajah seorang pemuda tampan di atasku yang ikut terjatuh bersamaku dan wajah kami saling berhadapan satu sama lain.
‘kau datang lagi ? apa kau datang untuk menjemputku ?’ gumamku, namun lelaki itu mengulurkan kedua tangannya
“maafkan aku !” teriak pemuda itu sambil memegang pinggulku dan kami jatuh bersama
“ka-u !” darah mengalir dengan cepatnya diiringi dengan orang-orang yang meneriaki namaku dan namanya yang membuatku mengenal namanya.
“Zion ! apa yang kau lakukan !” teriak seseorang dari bawah. kutatap lagi wajah pemuda yang memeluk tubuhku.
wajah ini ? . . . .
kau ? . . . .
orang itu ? . . . .
Mataku melotot melihat wajahnya dan tetesan air mataku terbang mengenai wajahnya yang sangat ku rindukan.
****

^ShyWolf^

1 comment: