Thursday, June 28, 2012

RASA BIRU


Hari ini hari pertamaku masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas. Hari ini aku resmi menjadi siswa kelas 12 SMA Fajar Harapan yang tercinta. Sialnya hari ini ban sepeda motorku bocor, dengan berat hati hari ini aku pergi ke sekolah naik bus umum dan harus berjalan kaki beberapa meter dari terminal bus ke sekolahanku. Mungkin hal itu tak terlalu membebani jika jalan yang ku lalui tidak berlubang bahkan penuh dengan genangan air hujan. Dengan susah payah aku menghindar dari percikan air dari kendaraan yang lewat, namun pyuurrr….. sia-sia sudah perjuanganku.
“Aduhhh…, siapa sih yang naik motor sembarangan…?” Gumanku yang hanya bisa melotot kearah motor yang membuat rok abu-abu ku menjadi kotor. Beberapa detik kemudian ada motor  menghampiriku yang sedang membersihkan rok dengan tissue, ternyata Tiara pengemudi motor itu. Tiara adalah teman semejaku, nama lengkapnya Tiara Priicilia Rahmawati.
“Ri, kamu gak bawa sepeda…? Sepeda kamu mana? Rok kamu kenapa tuh?” Cletuk Tiara tanpa spasi. “Ri” begitulah aku biasa di panggil, sebenarnya nama lengkapku Erica Amelia Putri.
“Ceritanya panjang Ra, nanti aja ceritanya. Yang penting sekarang aku boleh naikngak nih?” jawabku yang langsung naik kemotor Tiara.
“Satu meter lima ribu ya…” Ucap tiara yang langsung kena cubitanku. 


JJJ

Di kelas…,
“Ri, kok tumben kamu ngak bawa motor? Kenapa Ri? Hemat ya? Bensin kan mau naik?” Cletuk tiara dengan candanya.
“Dasar ya kamu tu bisanya Cuma ngejek temen, walaupun naik ayah ama bunda aku masih sanggup ngasih uang bensin kali..”
“Ya ampun Ri, jawabnya gak usah pakai tenaga gitu dong, akukan cuma nanya. Terus kenapa dong…?” Ucap Tiara dengan wajah sedih.
“Aduh ma’af deh. Jangan pasang tampang sedih gitu dong. Ban motorku bocor Ra, hari ini nampaknya bakal jadi hari sialku deh Ra. Tadi pagi aku bangun kesiangan, ban motor bocor, truz liat rok’ku deh Ra…,” Gumanku denag raut wajah bĂȘte.
“Wah…, harus mandi kembang tujuh rupa dulu dong Ri. Emang rok kamu kenapa Ri kok bisa kotor gitu?”
“Mandi kembang?? Aduh Ra jangan LEBAY dong! Begini ceritanya.., tadi aku kan lagi jalan ech tiba-tiba ada motor lewat dengan kecepatan ekstrim dan membuat air genangan hujan semalem berpindah ke rok’ku.., sedih,,,sedih,,,sedih.” Ucap ku dengan wajah minta dikasihani.
“ Yang sabar ya Ri, ini mungkin cobaan Tuhan buat kamu…,” Ucap Tiara dengan wajah sok sedih yang kontan membuat ku tertawa.
“Hahaha.., jangan Lebay gitu…,”
“Emtt Ri, ngomong-ngomong siapa ya yang udah bikin rok’mu kotor?”
“Aku ngak tau juga, tapi dari seragamnya dia sekolah disini deh Ra, tapi sepertinya aku ngak pernah liat sebelumnya.”
“Emangnya naik motor apa Ri?”
“Naik motor BL**D* (sensor :D)”
“Ha??  BL**D* , mana ada di sekolah kita yang naik BL**D* ???”
“Nah itu tuh…, yang bikin aku binggung, tapi ada ciri lain.”
“Apa Ri?”
“Dia pakai jaket tim bola warna merah. Dia pakai tas Eks***t (sensor#lagi) warna coklat kemerah merahan gitu”
“Wah jeli juga kamu Ri,”
“Hehehe…, makasih Ra. Emmt, awas aja nanti kalau aku ketemu ama tuh orang.” Ucapku sambil melotot. Namun bunyi bel masuk yang disertai masuknya Pak Irfan yang akan menjadi wali kelas kami satu tahun kedepan menyudahi percakapan ku dengan Tiara.

JJJ
Hening….,
Setelah bel berbunyi beberapa detik yang lalu suasana dikelas yang semula gaduh kini menjadi hening, namun bukan hal itu yang membuat kela menjadi hening melainkan kehadiran seorang anak laki-laki bersama pak Irfan beberapa detik yang lalu. Nampaknya murid baru, namun tas yang digendong anakitu sama dengan tas milik pengendara sepeda motor tadi pagi.
“pagi anak-anak…,” Sapa pak Irfan memecah keheningan kami.
“Pagi Pak…,” Jawab kami serentak.
“Bagaimana liburan kalian…? Seru?” Tanya Pak Irfan
“Seruuuu…..” Lagi-lagi jawab kami serentak.
“Baiklah…, namun liburan kalian telah usai. Kini kalian sudah menjadi siswa kelas 12 kalian akan menghadapi ujian akhir. Jadi kalian harus belajar lebih giat. Seperti tahun-tahun sebelumnya guru yang masuk pertama di kelas kalian akan menjadi wali kelas kalian, dan saya yang akan menjadi wali kelas kalian. Dan untuk tahun ini kelas XII-IPA 2 mendapatkan warga baru. Dia ada disamping bapak. Untuk itu bapak akan memperkenalkannya.” Ucap Pak Irfan panjang lebar.
“Kenalan sendiri saja Pak.” Usul Deni ketua kelasku yang kontan membuat kaget si murid baru.
“Baiklah, bapak akan memberi waktu untuk perkenalan. Silakan nak.” Ucap Pak Irfan yang langsung dudukdi kursi guru.
“Terima kasih Pak…, baiklah, perkenalkan nama saya Indra Wijaya. Saya pindahan dari SMA Diponegoro, Jakarta. Saya di sini tinggal di perumahan Permai Indah. Terimakasih untuk selanjutnya mohon bantuannya.” Ujar si murid baru yang bernama Indra. Ternyata Indra juga tinggal di perumahan tempat aku tinggal.
“ Baiklah anak-anak Bapak pikir perkenalannya cukup sampai disini, untuk lebih lanjut kalian dapat berkenalan setelah ini. Dan untuk memulai kegiatan berikutnya, nak Indra silakan duduk di bangku itu.” Ucap Pak Irfan sambil menunjuk bangku kosong dibelakangku.
“Terimakasih Pak….,” Ucap Indra dengan senyumannya yang cukup manis menurutku. Ia pun segera menuju meja yang di tunjuk Pak Irfan tadi. Setelah itu pak Irfan menggumumkan bahwa kegiatan untuk jam pertama sampai bel istirahat adalah bersih-bersih yang kontan membuat kami malas.
JJJ
“Ra.., sepertinya orang yang tadi pagi aku udah nemuin deh.” Ucapku membuka percakapanku dengan Tiara ditengah-tengah kegiatan bersih-bersih.
“Oh ya…? Siapa Ri?”
“Sepertinya Indra Ra”
“What? Jangan asal nuduh deh Ri masa orang seganteng dan sekeren dia sih Ri? Emang kamu tau dari mana sih Ri kalo itu orangnya?”
“Beneran deh Ra, aku tau dari tas dia. Jaketnya juga.”
“Ya udahlah Ri, ntar habis bersih-bersih kita tanyain aja. Sekarang kita bersih-bersih dulu nanti kalo ada guru piket lewat bisa kena marah lagi.” Ucap Tiara yang tak sedikitpun membuatku tenang malah membuatku tak sabar untuk menanyakan.
JJJ
Akhirnya setelah bergotong-royong membersihkan kelas, kelaspun terlihat bersih dan rapi. Tanpa basa-basi setelah mencuci tangan aku dan Tiara pun bergegas menghampiri Indra yang sedang duduk di mejanya ditemani sebotol air mineral dan kotah bekal yang nampaknya berisi salad buah-buahan.
“Hay..,” sapa Tiara untuk Indra.
“Hay juga..” Jawab Indra.
“Kenalin nama aku Tiara Pricilia rahmawati, biasa dipanggil Tiara kamu juga boleh manggil aku Ara atau mungkin Ra..”  Ucap Tiara memperkenalkan diri dengan senyum genitnya.
“Aku Indra, salam kenal ya…, dan ini…?” kata Indra sambil melihat kearahku yang sedari tadi hanya diam dengan muka cuek.
“Emmt.., maaf…, aku Erika..,” jawabku singkat.
“Hay Rika aku Indra,” ucapnya dengan senyum.
“Aku udah tau..” jawabku cuek.
“Oh ya.., tau dari mana..?” jawabnya kaget.
“tadi kan kamu udah kenalan di depan kelas..”Jawabku ringan.
“Ow iya..,” Jawabnya dengan sedikit malu.
“Indra kamu tadi kesekolah naik apa? Naik motor bukan? Motor BL**D*?” Tanyaku yang membuat Indra dan Tiara kaget.
“Ich.., Ri kamu kok to the point gitu sih…?” Protes Tiara yang membuat Indra binggung.
“Biarin aja…, jawab dong Ndra..!!”
“Iya emangnya ada apa ya?” Tanya Indra yang masih binggung.
“Owh jadi beneran kamu ya orangnya…, kamu tau ngak gara gara kamu naik motor ngak nengok kanan kiri, ada lubang langsung di tasak aja, liat nih rok aku jadi kotor…,” Ucapku meluapkan segala amarah di hati yang harus ku tahan dari tadi pagi yang diikuti ekspresi melonggo dari wajah Indra dan Tiara.
“Owh kamu gadis yang tadi pagi ya..? maaf tadi pagi aku mau minta maaf tapi aku tadi lagi keburu-buru. Maaf ya…” Ucapnya kaget.
“Iya aku orangnya…, Emang kamu pikir dengan maaf rok aku bisa jadi bersih gitu..?”
“Truz aku harus gimana dong..? Kok kamu bisa tau kalo aku orangnya?”
“Ya tau lah aku tu orang nya jeli.., tas kamu ama jaket kamu tu yang bikin aku curiga. Emt gimana kalo kamu beliin aku jajanan di kantin, aku kan ngak mungkin keluar kelas dengan rok kotor”
“Wah kamu hebat juga ya? Aduh aku kan murid baru aku kan ngak tau kantin yang mana? Yang lain aja ya?” Ucapnya dengan sedikit meminta
“Wah kamu tega Ri, diakan anak baru.., Gimana kalo Indra nganterin kamu pulang Ri? Kan kalian satu perumahan?” Cletuk Tiara dengan ide konyolnya yang membuatku dan Indra Kaget dibuatnya.
“Ech kamu kok gitu sih Ra, kitakan udah janjian pulang bareng.” Jawabku dengan raut wajah kecewa.
“Kamu juga tinggal di perumahan Permai Indah Ri?” Tanya Indra yang hampir bersamaan dengan ucapanku tadi.
“Iya jadi kalian itu tinggal di satu perumahan. Maaf deh Ri, rumah kita kan beda arah Ri, aku juga mau ke bengkel dulu.” Ucap Tiara tanpa rasa bersalah.
“Hloh Ra kamu tadi kan ngak bilang mau kebengkel, tadi waktu kamu aku tanya ada acara ngak, kamu jawabnya ngak, kok sekarang berubah sih..?” Tanyaku sedikit kesal.
“Aduh maaf deh Ri aku tadi lupa.., kan sekalian buat tanda minta maaf dari si Indra dari pada kamu nanti naik bus..”
“Iya ngakpapa kok Ri kalo emang kamu butuh bantuan.” Ucap Inda menyambung ucapan Tiara.
“Ya udah deh aku nebeng kamu, tapi jangan keGeeran ya. Aku mau nebeng kamu soalnya aku ngak mau naik bus.” Ucapku dengan sedikit tegas.
“Iya iya aku ngak bakal keGeeran. Aku janji!” Kata Indra sambil mengacungkan jari kelingkingnya tanda damai dan perjanjian yang disertai senyuman manisnya yang menyadarkanku jika ada lesung pipit di pipi kanannya.
JJJ
Sepanjang perjalan pulang aku dan Indra bercerita tentang banyak hal, ternyata dia tak sesombong yang kukira. Dari percakapan kami dijalan aku mengetahui jika dia adalah anak tunggal dan ayahnya seorang panglima TNI. Dia bilang jika dia besar dia ingin menjadi panglima TNI seperti ayahnya. Tak terasa kami sudah sampai dirumahku. Setelah aku turun Indra pun segera pergi dan aku juga segera masuk kerumah.
“Assalamu’alaikum, Rika pulang..!!” Salamku sebelum masuk rumah.
“Wa’alaikumsalam, aduh ade kaka uadah pulang, pulang pulang ama siapa dek? Pacar ya?” Tanya kakakku kak Ivan yang meledekku.
“Ihh.., kakak apaan sih.., temen baru kak, udahlah Rika mau ganti baju dulu.” Ucapku sambil berlari menuju kamar untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan lain dari kakak.
JJJ
Dikamar…,
            Kunobatkan kau sebagai pilihan hidupku..,
            Yang menyuapi di usia senjaku…,
Bunyi handphone ku membangunkan tidur siangku. SMS.
“Siapa nih? Nomor baru?” Ucapku kemudian membaca SMS yang isinya….,
Hay..,Ri ini aku Indra…, lg ap Ri??? Ganggu y?? Ri besok aku maen ke rumahmu ya??aku mau belajar bareng…, J aku tunggu balesanmu…,
“Aduh ni anak ngapain sihh?? Dapet nomerku dari mana lagi..??” Ujarku heran dan langsung menjawab SMS.
Hy juga, belajar bareng? Mau belajar apa.an kan belum pelajaran? Dapet nomerku dari mana?
Dan jawabnya..
Iya juga ya.., tapi aku pengen main kerumahmu.., akukan belum punya temen banyak.., emangnya kenapa aku ngak boleh main ya??  dari Ara.., ga boleh aku minta ya?
“Ara??? Aduh ni anak ngapain lagi ngasihin nomerku??”
Boleh kok.., ya udah maen aja, ntar aku ajak Ara juga…, udah dulu y aku mau keluar dulu…,
 Dan dijawab..,
Iya ajak aja makin banyak temen makin seru.., okey makasih ya J
Akhirnya aku bisa melanjutkan tidur siangku yang nikmat.
JJJ
Hari demi hari berganti aku dan Indra sudah semakin dekat, kami sering SMSan telephonan dan dia juga sering main kerumahku,aku juga sering main kerumahnya. Hari ini hari sabtu, lagi-lagi motorku bermasalah tak bisa dihidupkan. Aku benar-benar panik karena arloji yang melingkar ditanganku sudah menunjukan pukul 06.30, dan 30nenit lagi gerbang sekolahku ditutup.
“Kakak udah bisa belum?” tanyaku kepada kak Irvan yang sedari tadi mengotak atik motorku.
“Belum nih dek.., kamu pakai motor kakak aja.”
“Aduh kakakku yang paling ganteng!! Mana bisa aku naik motor cowo??”
“Ya udah kakak anter tapi kakak mandi dulu ya?”
“NGAAKK!!! Kelamaan kak, aku nebeng Indra aja.” Ucapku yang langsung menelpon Indra.
“Hallo ada apa Ri?” Tanya Indra disebrang sana.
“Hallo Ndra, kamu udah berangkat??”
“Belum, ini aku baru mau keluar. Ada apa ya Ri?”
“Aku nebeng..,”
“Tapi Ri aku agak meriang gitu. Jadi aku dianter supir ayahku.”
“Ngak papa deh, dasar anak tunggal meriang aja di anterin. Hehehe”
“Hahaha.“ tawa Indra yang mengakhiri percakapan di telepon.
Beberapa menit kemudian Indra sampai juga kerumahku.
“Pagi Ri?” Sapa Indra dengan senyumannya.
“Pagi.., Kamu kok pucet banger Ndra.., katanya Cuma meriang? Kamu ngak papa kan?” Ucapku sedikit panik melihat Indra yang pucat.
“Ngak papa kok aku kolo sakit emang sering pucet gini.”
“Emmt ya udah”
Sepanjang perjalanan kami hnya diam aku takut jika banyak mengobrol Indra akan makin sakit. Akhirnya kami tiba di sekolah sebelum gerbang ditutup. Pulangnya aku juga nebeng Indra. Indra masih terlihat pucat tapi tak sepucat tadi pagi mungkin karena obat yang ia minum tadi pagi, katanya obat pilek. Sepanjang perjalan pulang kami juga diam. Hingga akhirnya aku sampai dirumahku.
“Makasih ya Ndra” Ucapku yang langsung menuju gerbang rumah.
“Ri…,” Indra memanggilku dari jendela mobil.
“Iya apa Ndra?” Jawabku sambil mendekatinya.
“Kamu punya sepeda ngak?”
“Punya.., emangnya kenapa?”
“Besok kan libur, besok pagi kamu mau nemenin aku Goes-goes ngak? Cuma di sekitar perumahan aja kok? Itu pun kalo kamu ngak ada acara.”
“Aku sih mau tapi emangnya kamu udah enakan?” tanyaku sedikit khawatir.
“Tenang aja Ri, aku udah mendingan kok.”  Jawabnya berusaha meyakinkanku.
“Tiara boleh ikutkan??’
“Boleh kok”
“Ya udah aku masuk dulu ya..,” Akupun segera masuk kerumah. Sesampainya dirumah aku segera menelepon Tiara. Tiara pun mau ikut asalkan ada kak Ivan. Tiara dan kak Ivan sebenarnya sudah saling suka tapi keduanya saling malu-malu. Akupun segera menghampiri kak Ivan yang sedang menonton bola di TV. Dan aku berhasil merayunya.
JJJ
Minggu pagi..,
Pagi ini kami bersepeda seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Kami bersepeda mengelilingi taman namun Indra sudah lelah, aku dan Indra pun beristirahat di taman sementara itu kak Ivan dan Tiara masih bersepeda. Saat kami bercakap- cakap terdengar suara HPku…
Kau lebih dari sekedar bintang-bintang
Kau lebih dari sekedar sang rembulan..
Dari kak Ivan yang mengatakan jika ia dan Tiara sedang mencari kami.
“Ri, kamu suka LYLA juga ya?” Tanya Indra setelah aku menutup telepon.
“Iya, kok kamu bisa tau?” tanyaku keheranan.
“Tadikan lagu nya LYLA yang lebih dari bintang”
“Kamu juga suka LYLA?” Tanyaku kaget.
“Iya, aku suka ama musiknya, ngak lebay.”
“Kalau aku suka ama personilnya cakep-cakep.” Ucapku dan kemudian tertawa dengan Indra. Kami pun saling berbagi Imformasi tentang LYLA. Setelah lama duduk-duduk di  taman dan kak Ivan sudah menemukan kami, kami pun bergegas pulang.
JJJ


3 bulan kemudian…
Hari demi hari telah aku lewati bersama Indra kami sering jalan bersama dan setiap hari minggu kami selalu bersepeda bersama. Aku merasa ada rasa aneh yang mulai tumbuh dihatiku, nampaknya rasa suka. Hari ini tepat tiga bulan setelah hari Minggu pertama kali kita bersepeda bersama. Hari ini Indra mengajakku bersepeda seperti biasanya namun dia hanya inggin aku saja yang menemaninya. Aku pun menemui Indra di taman tampat biasa kita ketemuan. Ku lihat indra sedang memainkan si Jupiter gitar kesayangannya di salah satu bangku taman aku pun segera menghampirinya.
“Pagi..” Sapaku yang menghentikan petikan gitarnya.
“Pagi juga..” Jawabnya dengan senyuman yang membuat aku salah tingkah.
“Ada apa Ndra? Kok kayaknya ada yang serius?” Tanyaku yang merasakan adanya keanganjilan.
“Ha..ha..ha.. kamu tu oranganya selalu to the point ya?” Ledek Indra yang mumbuat pipiku merah karena merasa diperhatikan.
“Kamu tu ya.., di tanya apa njawab apa..”
“Duduk sini dulu deh Ri, aku mau ngomong sesuatu ama kamu.” Ucap Indra dengan nada yang cukup serius.
“Ngomong apaan ndra?”
“Kamu dengerin aku main gitar ya.., ini lagu special aku mainin buat kamu.” Ucapnya yang membuatku kaget.
“Special..??  Maksud kamu..??” Tanyaku keheranan tapi hanya dijawab dengan senyuman dari Indra.
“Nanti kamu juga boleh nyanyi kok…” Ucap indra yang langsung memainkan gitarnya dan membawakan lagu milik LYLA yang berjudul Lebih Dari Bintang. Aku juga Ikut bernyanyi, namun pada pertengahan lagu ia menatap mataku dan menghentikan petikan gitarnya lalu memegang tanganku. Kaget.
“Ri aku sayang ama kamu…, entah mengapa rasa itu bisa ada di hatiku.., namun jika boleh jujur aku udah suka ama kamu sejak kamu marah ama aku karena aku udah ngotori rok’kamu…, aku tau mungkin aku gak pantes buat kamu.., tapi…, kamu mau ngak jadi pacar aku..??” Ucap Indra yang membuatku kaget namun juga bahagia. Tanpa basa basi aku pun menganggukkan kepalaku tanda mau yang langsung diikuti senyum bahagia di wajah Indra.
“Makasih Ri, kamu udah mau nerima aku.” Ucap Indra bahagia dan mulai memetik gitarnya lagi melanjutkan lagu.
JJJ
Hari ini tepat satu bulan aku jadian dengan Indra rencananya minggu siang ini aku mau jalan jalan ke pusat perbelanjaan bersama Indra. Indra sekarang potong pendek mirip anggota TNI, katanya dia inggin belajar menyesuaikan diri dengan rambut pendek ala TNI karena ia pengen jadi panglima TNI seperti ayahnya. Memang sebentar lagi kami akan menghadapi ujian nasional dan kami akan melanjutkan ke perguruan tinggi.
“ Ri.., ada Indra tuh di depan..” Ucap kakak memnggilku yang sedang duduk di depan cermin.
“Iya kak.” Jawabku yang langsung keluar  kamar dan berpamitan dengan mama dan papa yang sedang menonton TV di ruang keluarga.
“Hy udah siap?” Tanya Indra yang sudah menungguku diruang keluarga sambil mengobrol dengan mama dan papa.
“Hehehe.., udah…,”
“Ya udah ayo berangkat. Om, Tante kami berangkat dulu ya..,” Ucap Indra berpamitan dengan papa dan mama.
JJJ
Setelah lelah mengelilingi salah satu pusat perbelanjaan di kota ini aku dan Indra istirahat sambil makan siang di salah satu restoran cepat saji. Sambil menunggu makanan yang kami pesan datang Indra memberiku sebuah jam tangan yang cukup manis.
“Ri, aku mau ngasih kamu sesuatu..” Ucap Indra menghentikan lamunanku.
“Emmtt.., kado nih ceritanya?” Tanyaku yang dijawab anggukan kepala Indra.
“Sini’in tangan kamu.” Ucap Indra sambil mengeluarkan sebuah kotak berisi jam tangan dari kantong jaketnya.
“wah…, makasih…, aku suka.” Ucapku takjub melihat jam tanagan berwarna hijau muda yang kini telah melingkar di tanganku menggantikan posisi jam lamaku.
“Syukurlah kalau kamu suka. Sekarang kado buat aku mana?”
“ Aduhhh… aku lupa…,” Jawabku sambil pura pura mencari sesuatu didalam tasku.
“Lupa!!! Kamu mah gitu..!!!” Jawabnya sedikit kecewa.
“ Trararara…,Ini dia kado buat kamu…!!!” ucapku sambil mengeluarkan topi dari tasku.
“Wahh…, kirain kamu lupa beneran.” Ucap Indra sambil merebut topinya dari tanganku.
“Sini aku pake’in..,” Ucapku sambil merebut kembali topi bermotif corak khas tentara dari tangan Indra.
“Makasihh…Erika cantikk…” Puji Indra yang membuat pipiku memerah.
☺☺☺
Tak terasa sudah satu semester lamanya pertemuanku dengan Indra. Hari ini hari dimana aku dan teman-teman lainnya menerima laporan hasil belajar selama satu semester ini. Nilaiku cukup memuaskan, aku masuk 5 besar.
Liburan kali ini aku tak punya rencana untuk pergi keluar kota, kali ini Indra bilang jika liburan kali ini ia ingin pergi ke tempat saudaranya di Surabaya. Tapi anehnya sudah dua hari setelah peneriman raport dia tak bisa dihubungi, rumahnya juga nampak sepi tak seperti biasanya.
☺☺☺
Hari ini tepat satu minggu pertama liburanku, Indra juga masil belum bisa dihubungi. Aku merasa ada yang aneh. Siang ini rencananya aku dan Tiara akan pergi kerumah Indra untuk menanyakan kepada orang tua Indra kenapa Indra tak bisa dihubungi. Sesampainya dirumah Indra hanya ada Bi Inem pembantu rumah tangga Indra. Ketika ditanya kenapa Indra tak bisa dihubungi Bi Inem hanya diam matanya kosong dan hanya menjelaskan jika kami ingin tau apa sebabnya kami bisa datang lagi besok pagi-pagi untuk menanyakannya langsung kepada orang tua Indra. Aku makin penasaran dan takut jika terjadi sesuatu terhadap Indra.
Hari ini aku sengaja bangun pagi untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada Indra. Kali ini aku pergi kerumah Indra bukan dengan Tiara tapi dengan kakakku. Awalnya kak Ivan tak mau tapi aku terus memaksanya.
Setibanya kami dirumah Indra kami langsug di sambut oleh orang tua Indra. Mereka nampak sedih dan lelah.
“Pagi om..tante…,” sapaku.
“Pagi.., Erika..,” jawab Om Darma ayah Indra.
“Begini om, Tante,saya ke sini mau tanya…, ada apa ya om akhir-akhir ini Indra sulit dihubungi.” Tanyaku yang langsung diikuti air mata dari kedua mata Tante Tamara ibu Indra. Aku dan kak Ivan menjadi semakin bingung.
“Om sebenarnya ada apa sih..!!” Tanya kak Ivan yang sudah menyadari aku sudah hampir menangis.
“Nak Rika nak Ivan sebenarnya Indra tak ingin kalian semua mengetahui ini. Indra sedang sakit kanker. Sekarang ia sedang berjuang melawan penyakitnya di rumah sakit. Beberapa hari yang lalu Indra sempat koma.” Jelas Om Darma yang kontan membuat air mata ku tak terbendung lagi.
“Kanker Om? Sejak kapan? Kenapa Indra ngak pernah cerita ama kita.” Tanya Kak Ivan yang sama terkejutnya sepertiku.
“Iya kanker.., Indra sudah lama mengidap kanker sudah sejak Ia duduk di bangku SMP. Ia sudah sering ikut berbagai macam terapi tapi hasilya tak begitu memuaskan. Untuk mengapa ia tak memberi tau kalian mungkin karena Ia tak ingin kalian menjauhinya karena penyakitnya.” Ucap Om Darma yang membuatku semakin terisak.
“Ja..di Indra memakai  model rambut pendek hanya untuk mengelabui kita Om? Bukan karena dia ingin masuk ke-militeran? Tapi karena efek dari Terapi yang sering ia jalani?” tanya kak Ivan yang sedari tadi menanyakan apa yang ingin ku tanyakan.
“Iya… dia tak ingin melihat kalian sedih dengan keadaannya. Bahkan, dia sering marah jika kami menghawatirkan keadaannya. Jika kalian ingin bertemu Indra kalian bisa dating ke rumah sakit, om tunggu kedatangan kalian. Semoga dengan hadirnya kalian Indra bisa lebih sehat.”  Jelas Om Darma.
“Tapi Indra ngak akan marah kan Om?” Tanyaku yang masih terisak.
“Dia pasti akan menyambut kalian.” Jawab Om darma mengakhiri percakapan kami.
☺☺☺
Sepulang dari rumah Indra aku segera memberi tau Tiara tentang keadaan Indra ia tak kalah terkejutnya sepertiku. Siang ini kami berencana menjenguk Indra. Rasanya aku belum siap untuk melihat kondisi Indra sekarang. Dalam perjalanan menuju rumah sakit tak jarang aku menghapus air mata yang turun ke pipiku. Sesekali terbesit rasa takut kehilangan. Sesampainya di depan ruangan tempat Indra dirawat air mata tumpah seketika.
“In..dra…” Ucapku tak kuasa melihat sosok Indra yang terbaling lemas tak berdaya.
“Ri..ka..” ucap Indra lemas menjawab panggilanku dan mencoba untuk duduk.
“Udah kamu jangan duduk dulu…,” ucapku melihat keadaan Indra yang masih lemas.
“kamu kok bisa tau aku disini?” Tanya Indra heran.
“Ya taulah akukan pacar kamu…, kamu jahat ndra…, kamu kenapa bohong sih sama aku…” Ucapku sambil memukul tangan Indra.
“Maaf..” Ucap Indra yang langsung membuatku kembali terisak.
“Kamu jahat..” Ucapku sekali lagi.
“Maaf..ra.., aku cuma gak mau liat kamu sedih gara-gara keadaanku. Kaya’ gini, aku gak mau liat kamu nangis…” Ucapnya sambil mengusap air mataku.
“Aku gak sedih gara-gara ngeliat keadaanmu kaya’ gini. Aku sedih karna aku ngak kamu anggap jadi pacar kamu, aku kecewa ama kamu.” Ucapku sambil menepis tangan Indra dari pipiku.
“Kecewa… maksud kamu kecewa gimana?” Tanya Indra sambil menatap mataku yang masih basah akan air mata.
“Kecewa karna kamu gak jujur sama aku. Harusnya kamu cerita tantang keadaanmu biar aku juga bisa menjagamu.” Ucapku yang mulai berani menatap mata Indra.
“Maaf Ra… aku ngak tau kalau itu maunya kamu.”  Ucap Indra yang mengakhiri pertemuan kita hari ini. Aku segera pulang karena Indra akan ada pemeriksaan. Sebelum aku pergi Indra mamintaku untuk datang kembali besok, dia juga memintaku untuk membawakan jus buah buatanku. Dia bilang dia suka jus buatanku. Hari ini benar- benar hari yang cukup membuat air mataku kering.
☺☺☺
Siang ini aku berencana menjenguk Indra namun sebelum itu aku membuatkan jus apel untuknya,seperti pesannya kepadaku. Sesampainya dirumah sakit kami hanya diam aku tak ingin mengganggu waktu istirahatnya. Sebelum aku pulang ia memintaku untuk besok datang lebih pagi dan meminta jus apel lagi. Sebelum aku meninggalkan ruangan Indra sempat menahanku sebentar ia memintaku menyanyikan satu lagu. Akupun segera menyanyikan lagu ‘Bernafas Tanpamu’ untuknya. Lagi-lagi air mataku keluar.
☺☺☺
Hari ini aku bangun kesiangan, mataku bengkak karena beberapa hari ini terus menangis. Aku baru ingat jika Indra mamintaku untuk datang lebih pagi hari ini. Aku pun segera mandi dan membuatkan jus apel untuk Indra, sampai-sampai aku tak sempat sarapan.
“Rika kamu sarapan dulu.., nanti kamu sakit lagi.” Ucap mama memintaku untuk sarapan.
“Udah gak sempet ma..,.” Ucapku sambil mencium tangan mama.
“Memangnya ada apa si Ri?” Tanya mama bingung.
“Indra memintaku untuk datang lebih pagi hari ini, ma.” Ucapku sambil memakai sepatu.
“Tapi kamu sama kakak kamu kan? Mama khawatir sama kamu, mata kamu sampai bengkak gitu?” Ucap mama sambil memegangi rambutku.
“Iya ma.., Rika pamit ya Ma.”
“Iya hati-hati, salam buat nak Indra dan orang tuanya.” Ucapa mama sambil melambaikan tangannya.
☺☺☺
Sesampainya dirumah sakit perasaanku menjadi tidak enak. Pikiranku menjadi tidak tenang. Tanganku menjadi dingin. Tiba-tiba HPku berbunyi, ternyata dari Om Darma.
“Hallo Rika kamu lagi dimana?”
“Hallo om…, ini Rika udah mau nyampai ruangannya Indra…, ada apa ya Om??”
“Ya sudah kamu cepetan kesini kamu sama kakakkamu kan?”
“Iya Om.., Ini Rika udah nyampai..” Ucapku memutus telepon setelah melihat Om darma berada didepan ruang tampat Indra dirawat.
“Sini nak…, kamu yang sabar ya…, kamau yang ikhlas ya.., Om aja kuat kamu juga harus kuat ya.” Ucap Om Darma sambil memelukku dengan kencang.
“Maksud Om apa?” Ucapku yang hampir bersamaan dengan kak Ivan.
“Indra sudah pergi nak.., Om juga ngak nyangka indra pergi secepat ini.” Ucap Om Darma yang langsung membuatku menangis histeris. Aku pun sgera berlari masuk ke kamar tempat indra dirawat, aku masih tak percaya sosok yang terbaring kaku dan tertutup kain putih itu Indra, pacarku yang baru kukenal selama satu semester. Jus apel dah handphone ditanganku jatuh seketika. Akupun langsung memeluk kak Ivan yang dari tadi mrmberi perlawanan di belakangku.
“Sabar ya De’.., kita semua juga kehilangan Indra.” Ucap kak Ivan berusaha menghiburku.
“Tapi kak… Rika belum siap kehilangan Indra..,” Ucapku sambil menangis histeris.
“Kita semua juga belum siap Rika…, tapi kita harus menerimannya, ini takdir Allah. Sudahlah lebih baik kita dooakan saja yang terbaik untuk Indra. Semoga Ia di terima di sisi-Nya. Lebih baik kita pulang dulu, kita siap-siap buat acara pemakamannya. Kamu juga harus memberitau teman-temanmukan?” Ucap kak Ivan yang sedikit membuatku tenang. Akupun segera pulang dan bersiap-siap untuk menghadiri acara pemakaman Indra.
☺☺☺
Acara pemakaman sudah selesai, tapi aku masih belum bisa berhenti menangis. Setelah selesai acara pemakaman ini orang tua Indra memintaku untuk datang kerumahnya. Mereka memberiku sebuah DVD dan ‘Jupiter’ gitar kesayangan milik Indra. Mereka bilang sebelum Indra pergi Indra meminta mereka untuk memberikan ini padaku.
Sesampainya dirumah aku segera menuju kekamar dan mulai memutar DVD peninggalan Indra yang berisi pesan yang Indra samapaikan saat dia belum masuk Rumah sakit untukku….
“Hai Ri…, kamu jangan nangis gitu dong.., kamu doain aku ya.., semoga aku bahagia.. Aku juga minta maaf karna aku udah bikin kamu nangis,bikin kamu sedih dan bikin kamu khawatir seperti ini.. Kamu tau ngak..?? semenjak aku kenal kamu akutuh ngrasa hari-harikulebih berwarna, lebih ceria.., aku merasa aku ini hidup untuk yang kedua kalinya. Kamu boleh percaya aatau tidak kamu itu cinta pertamaku.., aku juga mulaijatuh cinta sama kamu sejak kamu ngelabrak aku waktu pertama kali kita bertemu itu hlo…? Masih ingat kan? Ya sudah… kamu jangan nangis terus ya..?? aku saying kamu selamanya..”
Vidio tadi benar-benar membuatku menangis terisak lagi. Bagaimana mungkin dia dengan mudah mengucapkan kata ‘jangan menangis terus..’ sedangkan yang membuatku menangis adalah dia. Aku benar-benar sudah tak sanggup lagi, ku tutup laptopku dan akupun mengambil satu lagi barang peninggalan Indra. Si ‘Jupiter’gitar kesayangannya. Kumulai memetik senar gitar seperti yang di ajarkan Indra dahulu, dan mulai menyanyikan lagu Rasa Biru milik LYLA. Dulu disaat aku belajar bermain gitar Indra selalu mengajarkan lagu ini katanya ini lagu yang indah
Separuh nafasku hilang…Seiring hujan…
Dan kaupun pergi…pergi untuk selamanya…..
Tak kudapat isyarat apapun……
Separuh nafasku hilang…Seiring hujan…
Dan kaupun pergi…pergi untuk selamanya…..
Tak ku dapat… maaf darimu…
Rasa biru…selimuti hatiku…
Rasa biru… tetap kau disitu….
Hingga petikan gitarku yang terakhir, air mata tak henti-hentinya mengalir dari kedua mataku. Tanpa kusadari ternyata ada kak Ivan dan Tiara yang berdiri didepan pintu. Mereka pun menghampiriku dan memelukku.
“Ri…, jangan nangis terus ntar aku juga ikut nangis nih…” Ucap Tiara sambil mengusap air mataku.
“Iya kakak juga Ikut sedih nih..” Ikut kak Ivan sambil mengusap-usap rambutku.
“kakak, Tiara…, Indra udah pergi.., kalian jangan pergi ya..?? nanti aku ngak ada temen lagi..” Ucapku sambil memegang tangan mereka.
“Iya.., kami ngak bakal ninggalin Rika sendiri kok.., kita akan selalu ada buat Rika. Rika jangan sedih lagi ya..?” Ucap kak Ivan manghiburku.
☺☺☺
Hari ini tepat satu tahun setelah Indra pergi. Kini aku sudah mulai merelakannya, namun aku masih belum menemukan penggantinya. Kak Ivan dan Tiara kini sudah resmi berpacaran satu bulan yang lalu.
Kini aku meneruskan kuliah di salah satu Universitas negeri di Jakarta. Aku menggambil jurusan kedokteran. Aku ingin mengobati orang-orang seperti Indra, aku ingin membuat mereka penderita kanker hidup lebih lama. Karena Indra kini ku menemukan bakatku di dunia kedokteran. Terima kasih Indra aku akan selalu menyimpanmu didalam hati ini. Semoga kau bahagia disana. J
JJ SELESAI JJ

No comments:

Post a Comment