Hari ini hari pertamaku masuk sekolah
setelah libur kenaikan kelas. Hari ini aku resmi menjadi siswa kelas 12 SMA Fajar
Harapan yang tercinta. Sialnya hari ini ban sepeda motorku bocor, dengan berat
hati hari ini aku pergi ke sekolah naik bus umum dan harus berjalan kaki
beberapa meter dari terminal bus ke sekolahanku. Mungkin hal itu tak terlalu
membebani jika jalan yang ku lalui tidak berlubang bahkan penuh dengan genangan
air hujan. Dengan susah payah aku menghindar dari percikan air dari kendaraan
yang lewat, namun pyuurrr….. sia-sia
sudah perjuanganku.
“Aduhhh…,
siapa sih yang naik motor sembarangan…?” Gumanku yang hanya bisa melotot kearah
motor yang membuat rok abu-abu ku menjadi kotor. Beberapa detik kemudian ada
motor menghampiriku yang sedang
membersihkan rok dengan tissue, ternyata Tiara pengemudi motor itu. Tiara
adalah teman semejaku, nama lengkapnya Tiara Priicilia Rahmawati.
“Ri,
kamu gak bawa sepeda…? Sepeda kamu mana? Rok kamu kenapa tuh?” Cletuk Tiara
tanpa spasi. “Ri” begitulah aku biasa di panggil, sebenarnya nama lengkapku
Erica Amelia Putri.
“Ceritanya
panjang Ra, nanti aja ceritanya. Yang penting sekarang aku boleh naikngak nih?”
jawabku yang langsung naik kemotor Tiara.
“Satu
meter lima ribu ya…” Ucap tiara yang langsung kena cubitanku.
JJJ
Di
kelas…,
“Ri,
kok tumben kamu ngak bawa motor? Kenapa Ri? Hemat ya? Bensin kan mau naik?”
Cletuk tiara dengan candanya.
“Dasar
ya kamu tu bisanya Cuma ngejek temen, walaupun naik ayah ama bunda aku masih
sanggup ngasih uang bensin kali..”
“Ya
ampun Ri, jawabnya gak usah pakai tenaga gitu dong, akukan cuma nanya. Terus
kenapa dong…?” Ucap Tiara dengan wajah sedih.
“Aduh
ma’af deh. Jangan pasang tampang sedih gitu dong. Ban motorku bocor Ra, hari
ini nampaknya bakal jadi hari sialku deh Ra. Tadi pagi aku bangun kesiangan,
ban motor bocor, truz liat rok’ku deh Ra…,” Gumanku denag raut wajah bĂȘte.
“Wah…,
harus mandi kembang tujuh rupa dulu dong Ri. Emang rok kamu kenapa Ri kok bisa
kotor gitu?”
“Mandi
kembang?? Aduh Ra jangan LEBAY dong! Begini ceritanya.., tadi aku kan lagi
jalan ech tiba-tiba ada motor lewat dengan kecepatan ekstrim dan membuat air
genangan hujan semalem berpindah ke rok’ku.., sedih,,,sedih,,,sedih.” Ucap ku
dengan wajah minta dikasihani.
“
Yang sabar ya Ri, ini mungkin cobaan Tuhan buat kamu…,” Ucap Tiara dengan wajah
sok sedih yang kontan membuat ku tertawa.
“Hahaha..,
jangan Lebay gitu…,”
“Emtt
Ri, ngomong-ngomong siapa ya yang udah bikin rok’mu kotor?”
“Aku
ngak tau juga, tapi dari seragamnya dia sekolah disini deh Ra, tapi sepertinya
aku ngak pernah liat sebelumnya.”
“Emangnya
naik motor apa Ri?”
“Naik
motor BL**D* (sensor :D)”
“Ha??
BL**D* , mana ada di sekolah kita yang
naik BL**D* ???”
“Nah
itu tuh…, yang bikin aku binggung, tapi ada ciri lain.”
“Apa
Ri?”
“Dia
pakai jaket tim bola warna merah. Dia pakai tas Eks***t (sensor#lagi) warna
coklat kemerah merahan gitu”
“Wah
jeli juga kamu Ri,”
“Hehehe…,
makasih Ra. Emmt, awas aja nanti kalau aku ketemu ama tuh orang.” Ucapku sambil
melotot. Namun bunyi bel masuk yang disertai masuknya Pak Irfan yang akan
menjadi wali kelas kami satu tahun kedepan menyudahi percakapan ku dengan
Tiara.
JJJ
Hening….,
Setelah
bel berbunyi beberapa detik yang lalu suasana dikelas yang semula gaduh kini
menjadi hening, namun bukan hal itu yang membuat kela menjadi hening melainkan
kehadiran seorang anak laki-laki bersama pak Irfan beberapa detik yang lalu.
Nampaknya murid baru, namun tas yang digendong anakitu sama dengan tas milik
pengendara sepeda motor tadi pagi.
“pagi
anak-anak…,” Sapa pak Irfan memecah keheningan kami.
“Pagi
Pak…,” Jawab kami serentak.
“Bagaimana
liburan kalian…? Seru?” Tanya Pak Irfan
“Seruuuu…..”
Lagi-lagi jawab kami serentak.
“Baiklah…,
namun liburan kalian telah usai. Kini kalian sudah menjadi siswa kelas 12
kalian akan menghadapi ujian akhir. Jadi kalian harus belajar lebih giat.
Seperti tahun-tahun sebelumnya guru yang masuk pertama di kelas kalian akan
menjadi wali kelas kalian, dan saya yang akan menjadi wali kelas kalian. Dan
untuk tahun ini kelas XII-IPA 2 mendapatkan warga baru. Dia ada disamping
bapak. Untuk itu bapak akan memperkenalkannya.” Ucap Pak Irfan panjang lebar.
“Kenalan
sendiri saja Pak.” Usul Deni ketua kelasku yang kontan membuat kaget si murid
baru.
“Baiklah,
bapak akan memberi waktu untuk perkenalan. Silakan nak.” Ucap Pak Irfan yang
langsung dudukdi kursi guru.
“Terima
kasih Pak…, baiklah, perkenalkan nama saya Indra Wijaya. Saya pindahan dari SMA
Diponegoro, Jakarta. Saya di sini tinggal di perumahan Permai Indah.
Terimakasih untuk selanjutnya mohon bantuannya.” Ujar si murid baru yang
bernama Indra. Ternyata Indra juga tinggal di perumahan tempat aku tinggal.
“
Baiklah anak-anak Bapak pikir perkenalannya cukup sampai disini, untuk lebih
lanjut kalian dapat berkenalan setelah ini. Dan untuk memulai kegiatan
berikutnya, nak Indra silakan duduk di bangku itu.” Ucap Pak Irfan sambil
menunjuk bangku kosong dibelakangku.
“Terimakasih
Pak….,” Ucap Indra dengan senyumannya yang cukup manis menurutku. Ia pun segera
menuju meja yang di tunjuk Pak Irfan tadi. Setelah itu pak Irfan menggumumkan
bahwa kegiatan untuk jam pertama sampai bel istirahat adalah bersih-bersih yang
kontan membuat kami malas.
JJJ
“Ra..,
sepertinya orang yang tadi pagi aku udah nemuin deh.” Ucapku membuka
percakapanku dengan Tiara ditengah-tengah kegiatan bersih-bersih.
“Oh
ya…? Siapa Ri?”
“Sepertinya
Indra Ra”
“What?
Jangan asal nuduh deh Ri masa orang seganteng dan sekeren dia sih Ri? Emang
kamu tau dari mana sih Ri kalo itu orangnya?”
“Beneran
deh Ra, aku tau dari tas dia. Jaketnya juga.”
“Ya
udahlah Ri, ntar habis bersih-bersih kita tanyain aja. Sekarang kita
bersih-bersih dulu nanti kalo ada guru piket lewat bisa kena marah lagi.” Ucap
Tiara yang tak sedikitpun membuatku tenang malah membuatku tak sabar untuk
menanyakan.
JJJ
Akhirnya
setelah bergotong-royong membersihkan kelas, kelaspun terlihat bersih dan rapi.
Tanpa basa-basi setelah mencuci tangan aku dan Tiara pun bergegas menghampiri
Indra yang sedang duduk di mejanya ditemani sebotol air mineral dan kotah bekal
yang nampaknya berisi salad buah-buahan.
“Hay..,”
sapa Tiara untuk Indra.
“Hay
juga..” Jawab Indra.
“Kenalin
nama aku Tiara Pricilia rahmawati, biasa dipanggil Tiara kamu juga boleh
manggil aku Ara atau mungkin Ra..” Ucap
Tiara memperkenalkan diri dengan senyum genitnya.
“Aku
Indra, salam kenal ya…, dan ini…?” kata Indra sambil melihat kearahku yang
sedari tadi hanya diam dengan muka cuek.
“Emmt..,
maaf…, aku Erika..,” jawabku singkat.
“Hay
Rika aku Indra,” ucapnya dengan senyum.
“Aku
udah tau..” jawabku cuek.
“Oh
ya.., tau dari mana..?” jawabnya kaget.
“tadi
kan kamu udah kenalan di depan kelas..”Jawabku ringan.
“Ow
iya..,” Jawabnya dengan sedikit malu.
“Indra
kamu tadi kesekolah naik apa? Naik motor bukan? Motor BL**D*?” Tanyaku yang
membuat Indra dan Tiara kaget.
“Ich..,
Ri kamu kok to the point gitu sih…?” Protes Tiara yang membuat Indra binggung.
“Biarin
aja…, jawab dong Ndra..!!”
“Iya
emangnya ada apa ya?” Tanya Indra yang masih binggung.
“Owh
jadi beneran kamu ya orangnya…, kamu tau ngak gara gara kamu naik motor ngak
nengok kanan kiri, ada lubang langsung di tasak aja, liat nih rok aku jadi
kotor…,” Ucapku meluapkan segala amarah di hati yang harus ku tahan dari tadi
pagi yang diikuti ekspresi melonggo dari wajah Indra dan Tiara.
“Owh
kamu gadis yang tadi pagi ya..? maaf tadi pagi aku mau minta maaf tapi aku tadi
lagi keburu-buru. Maaf ya…” Ucapnya kaget.
“Iya
aku orangnya…, Emang kamu pikir dengan maaf rok aku bisa jadi bersih gitu..?”
“Truz
aku harus gimana dong..? Kok kamu bisa tau kalo aku orangnya?”
“Ya
tau lah aku tu orang nya jeli.., tas kamu ama jaket kamu tu yang bikin aku
curiga. Emt gimana kalo kamu beliin aku jajanan di kantin, aku kan ngak mungkin
keluar kelas dengan rok kotor”
“Wah
kamu hebat juga ya? Aduh aku kan murid baru aku kan ngak tau kantin yang mana?
Yang lain aja ya?” Ucapnya dengan sedikit meminta
“Wah
kamu tega Ri, diakan anak baru.., Gimana kalo Indra nganterin kamu pulang Ri?
Kan kalian satu perumahan?” Cletuk Tiara dengan ide konyolnya yang membuatku
dan Indra Kaget dibuatnya.
“Ech
kamu kok gitu sih Ra, kitakan udah janjian pulang bareng.” Jawabku dengan raut
wajah kecewa.
“Kamu
juga tinggal di perumahan Permai Indah Ri?” Tanya Indra yang hampir bersamaan
dengan ucapanku tadi.
“Iya
jadi kalian itu tinggal di satu perumahan. Maaf deh Ri, rumah kita kan beda
arah Ri, aku juga mau ke bengkel dulu.” Ucap Tiara tanpa rasa bersalah.
“Hloh
Ra kamu tadi kan ngak bilang mau kebengkel, tadi waktu kamu aku tanya ada acara
ngak, kamu jawabnya ngak, kok sekarang berubah sih..?” Tanyaku sedikit kesal.
“Aduh
maaf deh Ri aku tadi lupa.., kan sekalian buat tanda minta maaf dari si Indra
dari pada kamu nanti naik bus..”
“Iya
ngakpapa kok Ri kalo emang kamu butuh bantuan.” Ucap Inda menyambung ucapan
Tiara.
“Ya
udah deh aku nebeng kamu, tapi jangan keGeeran ya. Aku mau nebeng kamu soalnya
aku ngak mau naik bus.” Ucapku dengan sedikit tegas.
“Iya
iya aku ngak bakal keGeeran. Aku janji!” Kata Indra sambil mengacungkan jari
kelingkingnya tanda damai dan perjanjian yang disertai senyuman manisnya yang
menyadarkanku jika ada lesung pipit di pipi kanannya.
JJJ
Sepanjang
perjalan pulang aku dan Indra bercerita tentang banyak hal, ternyata dia tak
sesombong yang kukira. Dari percakapan kami dijalan aku mengetahui jika dia
adalah anak tunggal dan ayahnya seorang panglima TNI. Dia bilang jika dia besar
dia ingin menjadi panglima TNI seperti ayahnya. Tak terasa kami sudah sampai
dirumahku. Setelah aku turun Indra pun segera pergi dan aku juga segera masuk
kerumah.
“Assalamu’alaikum,
Rika pulang..!!” Salamku sebelum masuk rumah.
“Wa’alaikumsalam,
aduh ade kaka uadah pulang, pulang pulang ama siapa dek? Pacar ya?” Tanya
kakakku kak Ivan yang meledekku.
“Ihh..,
kakak apaan sih.., temen baru kak, udahlah Rika mau ganti baju dulu.” Ucapku
sambil berlari menuju kamar untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan lain dari
kakak.
JJJ
Dikamar…,
Kunobatkan
kau sebagai pilihan hidupku..,
Yang
menyuapi di usia senjaku…,
Bunyi
handphone ku membangunkan tidur siangku. SMS.
“Siapa
nih? Nomor baru?” Ucapku kemudian membaca SMS yang isinya….,
Hay..,Ri ini aku Indra…, lg ap
Ri??? Ganggu y?? Ri besok aku maen ke rumahmu ya??aku mau belajar bareng…, J
aku tunggu balesanmu…,
“Aduh
ni anak ngapain sihh?? Dapet nomerku dari mana lagi..??” Ujarku heran dan
langsung menjawab SMS.
Hy juga, belajar bareng? Mau
belajar apa.an kan belum pelajaran? Dapet nomerku dari mana?
Dan
jawabnya..
Iya juga ya.., tapi aku pengen main
kerumahmu.., akukan belum punya temen banyak.., emangnya kenapa aku ngak boleh
main ya?? dari Ara.., ga boleh aku minta
ya?
“Ara???
Aduh ni anak ngapain lagi ngasihin nomerku??”
Boleh kok.., ya udah maen aja, ntar
aku ajak Ara juga…, udah dulu y aku mau keluar dulu…,
Dan dijawab..,
Iya ajak aja makin banyak temen
makin seru.., okey makasih ya J
Akhirnya
aku bisa melanjutkan tidur siangku yang nikmat.
JJJ
Hari
demi hari berganti aku dan Indra sudah semakin dekat, kami sering SMSan
telephonan dan dia juga sering main kerumahku,aku juga sering main kerumahnya.
Hari ini hari sabtu, lagi-lagi motorku bermasalah tak bisa dihidupkan. Aku
benar-benar panik karena arloji yang melingkar ditanganku sudah menunjukan
pukul 06.30, dan 30nenit lagi gerbang sekolahku ditutup.
“Kakak
udah bisa belum?” tanyaku kepada kak Irvan yang sedari tadi mengotak atik
motorku.
“Belum
nih dek.., kamu pakai motor kakak aja.”
“Aduh
kakakku yang paling ganteng!! Mana bisa aku naik motor cowo??”
“Ya
udah kakak anter tapi kakak mandi dulu ya?”
“NGAAKK!!!
Kelamaan kak, aku nebeng Indra aja.” Ucapku yang langsung menelpon Indra.
“Hallo
ada apa Ri?” Tanya Indra disebrang sana.
“Hallo
Ndra, kamu udah berangkat??”
“Belum,
ini aku baru mau keluar. Ada apa ya Ri?”
“Aku
nebeng..,”
“Tapi
Ri aku agak meriang gitu. Jadi aku dianter supir ayahku.”
“Ngak
papa deh, dasar anak tunggal meriang aja di anterin. Hehehe”
“Hahaha.“
tawa Indra yang mengakhiri percakapan di telepon.
Beberapa
menit kemudian Indra sampai juga kerumahku.
“Pagi
Ri?” Sapa Indra dengan senyumannya.
“Pagi..,
Kamu kok pucet banger Ndra.., katanya Cuma meriang? Kamu ngak papa kan?” Ucapku
sedikit panik melihat Indra yang pucat.
“Ngak
papa kok aku kolo sakit emang sering pucet gini.”
“Emmt
ya udah”
Sepanjang
perjalanan kami hnya diam aku takut jika banyak mengobrol Indra akan makin
sakit. Akhirnya kami tiba di sekolah sebelum gerbang ditutup. Pulangnya aku
juga nebeng Indra. Indra masih terlihat pucat tapi tak sepucat tadi pagi
mungkin karena obat yang ia minum tadi pagi, katanya obat pilek. Sepanjang
perjalan pulang kami juga diam. Hingga akhirnya aku sampai dirumahku.
“Makasih
ya Ndra” Ucapku yang langsung menuju gerbang rumah.
“Ri…,”
Indra memanggilku dari jendela mobil.
“Iya
apa Ndra?” Jawabku sambil mendekatinya.
“Kamu
punya sepeda ngak?”
“Punya..,
emangnya kenapa?”
“Besok
kan libur, besok pagi kamu mau nemenin aku Goes-goes ngak? Cuma di sekitar
perumahan aja kok? Itu pun kalo kamu ngak ada acara.”
“Aku
sih mau tapi emangnya kamu udah enakan?” tanyaku sedikit khawatir.
“Tenang
aja Ri, aku udah mendingan kok.” Jawabnya berusaha meyakinkanku.
“Tiara
boleh ikutkan??’
“Boleh
kok”
“Ya
udah aku masuk dulu ya..,” Akupun segera masuk kerumah. Sesampainya dirumah aku
segera menelepon Tiara. Tiara pun mau ikut asalkan ada kak Ivan. Tiara dan kak
Ivan sebenarnya sudah saling suka tapi keduanya saling malu-malu. Akupun segera
menghampiri kak Ivan yang sedang menonton bola di TV. Dan aku berhasil
merayunya.
JJJ
Minggu
pagi..,
Pagi
ini kami bersepeda seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Kami bersepeda
mengelilingi taman namun Indra sudah lelah, aku dan Indra pun beristirahat di
taman sementara itu kak Ivan dan Tiara masih bersepeda. Saat kami bercakap-
cakap terdengar suara HPku…
Kau lebih dari sekedar
bintang-bintang
Kau lebih dari sekedar sang
rembulan..
Dari
kak Ivan yang mengatakan jika ia dan Tiara sedang mencari kami.
“Ri,
kamu suka LYLA juga ya?” Tanya Indra setelah aku menutup telepon.
“Iya,
kok kamu bisa tau?” tanyaku keheranan.
“Tadikan
lagu nya LYLA yang lebih dari bintang”
“Kamu
juga suka LYLA?” Tanyaku kaget.
“Iya,
aku suka ama musiknya, ngak lebay.”
“Kalau
aku suka ama personilnya cakep-cakep.” Ucapku dan kemudian tertawa dengan
Indra. Kami pun saling berbagi Imformasi tentang LYLA. Setelah lama duduk-duduk
di taman dan kak Ivan sudah menemukan
kami, kami pun bergegas pulang.
JJJ
3
bulan kemudian…
Hari
demi hari telah aku lewati bersama Indra kami sering jalan bersama dan setiap
hari minggu kami selalu bersepeda bersama. Aku merasa ada rasa aneh yang mulai
tumbuh dihatiku, nampaknya rasa suka. Hari ini tepat tiga bulan setelah hari
Minggu pertama kali kita bersepeda bersama. Hari ini Indra mengajakku bersepeda
seperti biasanya namun dia hanya inggin aku saja yang menemaninya. Aku pun
menemui Indra di taman tampat biasa kita ketemuan. Ku lihat indra sedang
memainkan si Jupiter gitar kesayangannya di salah satu bangku taman aku pun
segera menghampirinya.
“Pagi..”
Sapaku yang menghentikan petikan gitarnya.
“Pagi
juga..” Jawabnya dengan senyuman yang membuat aku salah tingkah.
“Ada
apa Ndra? Kok kayaknya ada yang serius?” Tanyaku yang merasakan adanya
keanganjilan.
“Ha..ha..ha..
kamu tu oranganya selalu to the point ya?” Ledek Indra yang mumbuat pipiku
merah karena merasa diperhatikan.
“Kamu
tu ya.., di tanya apa njawab apa..”
“Duduk
sini dulu deh Ri, aku mau ngomong sesuatu ama kamu.” Ucap Indra dengan nada
yang cukup serius.
“Ngomong
apaan ndra?”
“Kamu
dengerin aku main gitar ya.., ini lagu special aku mainin buat kamu.” Ucapnya
yang membuatku kaget.
“Special..?? Maksud kamu..??” Tanyaku keheranan tapi hanya
dijawab dengan senyuman dari Indra.
“Nanti
kamu juga boleh nyanyi kok…” Ucap indra yang langsung memainkan gitarnya dan
membawakan lagu milik LYLA yang berjudul Lebih Dari Bintang. Aku juga Ikut
bernyanyi, namun pada pertengahan lagu ia menatap mataku dan menghentikan
petikan gitarnya lalu memegang tanganku. Kaget.
“Ri
aku sayang ama kamu…, entah mengapa rasa itu bisa ada di hatiku.., namun jika
boleh jujur aku udah suka ama kamu sejak kamu marah ama aku karena aku udah
ngotori rok’kamu…, aku tau mungkin aku gak pantes buat kamu.., tapi…, kamu mau
ngak jadi pacar aku..??” Ucap Indra yang membuatku kaget namun juga bahagia.
Tanpa basa basi aku pun menganggukkan kepalaku tanda mau yang langsung diikuti
senyum bahagia di wajah Indra.
“Makasih
Ri, kamu udah mau nerima aku.” Ucap Indra bahagia dan mulai memetik gitarnya
lagi melanjutkan lagu.
JJJ
Hari
ini tepat satu bulan aku jadian dengan Indra rencananya minggu siang ini aku
mau jalan jalan ke pusat perbelanjaan bersama Indra. Indra sekarang potong
pendek mirip anggota TNI, katanya dia inggin belajar menyesuaikan diri dengan
rambut pendek ala TNI karena ia pengen jadi panglima TNI seperti ayahnya.
Memang sebentar lagi kami akan menghadapi ujian nasional dan kami akan
melanjutkan ke perguruan tinggi.
“
Ri.., ada Indra tuh di depan..” Ucap kakak memnggilku yang sedang duduk di
depan cermin.
“Iya
kak.” Jawabku yang langsung keluar kamar
dan berpamitan dengan mama dan papa yang sedang menonton TV di ruang keluarga.
“Hy
udah siap?” Tanya Indra yang sudah menungguku diruang keluarga sambil mengobrol
dengan mama dan papa.
“Hehehe..,
udah…,”
“Ya
udah ayo berangkat. Om, Tante kami berangkat dulu ya..,” Ucap Indra berpamitan
dengan papa dan mama.
JJJ
Setelah
lelah mengelilingi salah satu pusat perbelanjaan di kota ini aku dan Indra
istirahat sambil makan siang di salah satu restoran cepat saji. Sambil menunggu
makanan yang kami pesan datang Indra memberiku sebuah jam tangan yang cukup
manis.
“Ri,
aku mau ngasih kamu sesuatu..” Ucap Indra menghentikan lamunanku.
“Emmtt..,
kado nih ceritanya?” Tanyaku yang dijawab anggukan kepala Indra.
“Sini’in
tangan kamu.” Ucap Indra sambil mengeluarkan sebuah kotak berisi jam tangan dari
kantong jaketnya.
“wah…,
makasih…, aku suka.” Ucapku takjub melihat jam tanagan berwarna hijau muda yang
kini telah melingkar di tanganku menggantikan posisi jam lamaku.
“Syukurlah
kalau kamu suka. Sekarang kado buat aku mana?”
“
Aduhhh… aku lupa…,” Jawabku sambil pura pura mencari sesuatu didalam tasku.
“Lupa!!!
Kamu mah gitu..!!!” Jawabnya sedikit kecewa.
“
Trararara…,Ini dia kado buat kamu…!!!” ucapku sambil mengeluarkan topi dari
tasku.
“Wahh…,
kirain kamu lupa beneran.” Ucap Indra sambil merebut topinya dari tanganku.
“Sini
aku pake’in..,” Ucapku sambil merebut kembali topi bermotif corak khas tentara
dari tangan Indra.
“Makasihh…Erika
cantikk…” Puji Indra yang membuat pipiku memerah.
☺☺☺
Tak
terasa sudah satu semester lamanya pertemuanku dengan Indra. Hari ini hari
dimana aku dan teman-teman lainnya menerima laporan hasil belajar selama satu
semester ini. Nilaiku cukup memuaskan, aku masuk 5 besar.
Liburan
kali ini aku tak punya rencana untuk pergi keluar kota, kali ini Indra bilang
jika liburan kali ini ia ingin pergi ke tempat saudaranya di Surabaya. Tapi
anehnya sudah dua hari setelah peneriman raport dia tak bisa dihubungi,
rumahnya juga nampak sepi tak seperti biasanya.
☺☺☺
Hari
ini tepat satu minggu pertama liburanku, Indra juga masil belum bisa dihubungi.
Aku merasa ada yang aneh. Siang ini rencananya aku dan Tiara akan pergi kerumah
Indra untuk menanyakan kepada orang tua Indra kenapa Indra tak bisa dihubungi.
Sesampainya dirumah Indra hanya ada Bi Inem pembantu rumah tangga Indra. Ketika
ditanya kenapa Indra tak bisa dihubungi Bi Inem hanya diam matanya kosong dan
hanya menjelaskan jika kami ingin tau apa sebabnya kami bisa datang lagi besok
pagi-pagi untuk menanyakannya langsung kepada orang tua Indra. Aku makin
penasaran dan takut jika terjadi sesuatu terhadap Indra.
Hari
ini aku sengaja bangun pagi untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada
Indra. Kali ini aku pergi kerumah Indra bukan dengan Tiara tapi dengan kakakku.
Awalnya kak Ivan tak mau tapi aku terus memaksanya.
Setibanya
kami dirumah Indra kami langsug di sambut oleh orang tua Indra. Mereka nampak
sedih dan lelah.
“Pagi
om..tante…,” sapaku.
“Pagi..,
Erika..,” jawab Om Darma ayah Indra.
“Begini
om, Tante,saya ke sini mau tanya…, ada apa ya om akhir-akhir ini Indra sulit
dihubungi.” Tanyaku yang langsung diikuti air mata dari kedua mata Tante Tamara
ibu Indra. Aku dan kak Ivan menjadi semakin bingung.
“Om
sebenarnya ada apa sih..!!” Tanya kak Ivan yang sudah menyadari aku sudah
hampir menangis.
“Nak
Rika nak Ivan sebenarnya Indra tak ingin kalian semua mengetahui ini. Indra
sedang sakit kanker. Sekarang ia sedang berjuang melawan penyakitnya di rumah
sakit. Beberapa hari yang lalu Indra sempat koma.” Jelas Om Darma yang kontan
membuat air mata ku tak terbendung lagi.
“Kanker
Om? Sejak kapan? Kenapa Indra ngak pernah cerita ama kita.” Tanya Kak Ivan yang
sama terkejutnya sepertiku.
“Iya
kanker.., Indra sudah lama mengidap kanker sudah sejak Ia duduk di bangku SMP.
Ia sudah sering ikut berbagai macam terapi tapi hasilya tak begitu memuaskan.
Untuk mengapa ia tak memberi tau kalian mungkin karena Ia tak ingin kalian
menjauhinya karena penyakitnya.” Ucap Om Darma yang membuatku semakin terisak.
“Ja..di
Indra memakai model rambut pendek hanya
untuk mengelabui kita Om? Bukan karena dia ingin masuk ke-militeran? Tapi
karena efek dari Terapi yang sering ia jalani?” tanya kak Ivan yang sedari tadi
menanyakan apa yang ingin ku tanyakan.
“Iya…
dia tak ingin melihat kalian sedih dengan keadaannya. Bahkan, dia sering marah
jika kami menghawatirkan keadaannya. Jika kalian ingin bertemu Indra kalian
bisa dating ke rumah sakit, om tunggu kedatangan kalian. Semoga dengan hadirnya
kalian Indra bisa lebih sehat.” Jelas Om
Darma.
“Tapi
Indra ngak akan marah kan Om?” Tanyaku yang masih terisak.
“Dia
pasti akan menyambut kalian.” Jawab Om darma mengakhiri percakapan kami.
☺☺☺
Sepulang
dari rumah Indra aku segera memberi tau Tiara tentang keadaan Indra ia tak
kalah terkejutnya sepertiku. Siang ini kami berencana menjenguk Indra. Rasanya
aku belum siap untuk melihat kondisi Indra sekarang. Dalam perjalanan menuju
rumah sakit tak jarang aku menghapus air mata yang turun ke pipiku. Sesekali
terbesit rasa takut kehilangan. Sesampainya di depan ruangan tempat Indra
dirawat air mata tumpah seketika.
“In..dra…”
Ucapku tak kuasa melihat sosok Indra yang terbaling lemas tak berdaya.
“Ri..ka..”
ucap Indra lemas menjawab panggilanku dan mencoba untuk duduk.
“Udah
kamu jangan duduk dulu…,” ucapku melihat keadaan Indra yang masih lemas.
“kamu
kok bisa tau aku disini?” Tanya Indra heran.
“Ya
taulah akukan pacar kamu…, kamu jahat ndra…, kamu kenapa bohong sih sama aku…”
Ucapku sambil memukul tangan Indra.
“Maaf..”
Ucap Indra yang langsung membuatku kembali terisak.
“Kamu
jahat..” Ucapku sekali lagi.
“Maaf..ra..,
aku cuma gak mau liat kamu sedih gara-gara keadaanku. Kaya’ gini, aku gak mau
liat kamu nangis…” Ucapnya sambil mengusap air mataku.
“Aku
gak sedih gara-gara ngeliat keadaanmu kaya’ gini. Aku sedih karna aku ngak kamu
anggap jadi pacar kamu, aku kecewa ama kamu.” Ucapku sambil menepis tangan
Indra dari pipiku.
“Kecewa…
maksud kamu kecewa gimana?” Tanya Indra sambil menatap mataku yang masih basah
akan air mata.
“Kecewa
karna kamu gak jujur sama aku. Harusnya kamu cerita tantang keadaanmu biar aku
juga bisa menjagamu.” Ucapku yang mulai berani menatap mata Indra.
“Maaf
Ra… aku ngak tau kalau itu maunya kamu.”
Ucap Indra yang mengakhiri pertemuan kita hari ini. Aku segera pulang
karena Indra akan ada pemeriksaan. Sebelum aku pergi Indra mamintaku untuk
datang kembali besok, dia juga memintaku untuk membawakan jus buah buatanku.
Dia bilang dia suka jus buatanku. Hari ini benar- benar hari yang cukup membuat
air mataku kering.
☺☺☺
Siang
ini aku berencana menjenguk Indra namun sebelum itu aku membuatkan jus apel
untuknya,seperti pesannya kepadaku. Sesampainya dirumah sakit kami hanya diam
aku tak ingin mengganggu waktu istirahatnya. Sebelum aku pulang ia memintaku
untuk besok datang lebih pagi dan meminta jus apel lagi. Sebelum aku
meninggalkan ruangan Indra sempat menahanku sebentar ia memintaku menyanyikan
satu lagu. Akupun segera menyanyikan lagu ‘Bernafas Tanpamu’ untuknya.
Lagi-lagi air mataku keluar.
☺☺☺
Hari
ini aku bangun kesiangan, mataku bengkak karena beberapa hari ini terus
menangis. Aku baru ingat jika Indra mamintaku untuk datang lebih pagi hari ini.
Aku pun segera mandi dan membuatkan jus apel untuk Indra, sampai-sampai aku tak
sempat sarapan.
“Rika
kamu sarapan dulu.., nanti kamu sakit lagi.” Ucap mama memintaku untuk sarapan.
“Udah
gak sempet ma..,.” Ucapku sambil mencium tangan mama.
“Memangnya
ada apa si Ri?” Tanya mama bingung.
“Indra
memintaku untuk datang lebih pagi hari ini, ma.” Ucapku sambil memakai sepatu.
“Tapi
kamu sama kakak kamu kan? Mama khawatir sama kamu, mata kamu sampai bengkak
gitu?” Ucap mama sambil memegangi rambutku.
“Iya
ma.., Rika pamit ya Ma.”
“Iya
hati-hati, salam buat nak Indra dan orang tuanya.” Ucapa mama sambil
melambaikan tangannya.
☺☺☺
Sesampainya
dirumah sakit perasaanku menjadi tidak enak. Pikiranku menjadi tidak tenang.
Tanganku menjadi dingin. Tiba-tiba HPku berbunyi, ternyata dari Om Darma.
“Hallo Rika kamu lagi dimana?”
“Hallo
om…, ini Rika udah mau nyampai ruangannya Indra…, ada apa ya Om??”
“Ya sudah kamu cepetan kesini kamu
sama kakakkamu kan?”
“Iya
Om.., Ini Rika udah nyampai..” Ucapku memutus telepon setelah melihat Om darma
berada didepan ruang tampat Indra dirawat.
“Sini
nak…, kamu yang sabar ya…, kamau yang ikhlas ya.., Om aja kuat kamu juga harus
kuat ya.” Ucap Om Darma sambil memelukku dengan kencang.
“Maksud
Om apa?” Ucapku yang hampir bersamaan dengan kak Ivan.
“Indra
sudah pergi nak.., Om juga ngak nyangka indra pergi secepat ini.” Ucap Om Darma
yang langsung membuatku menangis histeris. Aku pun sgera berlari masuk ke kamar
tempat indra dirawat, aku masih tak percaya sosok yang terbaring kaku dan
tertutup kain putih itu Indra, pacarku yang baru kukenal selama satu semester.
Jus apel dah handphone ditanganku jatuh seketika. Akupun langsung memeluk kak
Ivan yang dari tadi mrmberi perlawanan di belakangku.
“Sabar
ya De’.., kita semua juga kehilangan Indra.” Ucap kak Ivan berusaha
menghiburku.
“Tapi
kak… Rika belum siap kehilangan Indra..,” Ucapku sambil menangis histeris.
“Kita
semua juga belum siap Rika…, tapi kita harus menerimannya, ini takdir Allah.
Sudahlah lebih baik kita dooakan saja yang terbaik untuk Indra. Semoga Ia di
terima di sisi-Nya. Lebih baik kita pulang dulu, kita siap-siap buat acara
pemakamannya. Kamu juga harus memberitau teman-temanmukan?” Ucap kak Ivan yang
sedikit membuatku tenang. Akupun segera pulang dan bersiap-siap untuk
menghadiri acara pemakaman Indra.
☺☺☺
Acara
pemakaman sudah selesai, tapi aku masih belum bisa berhenti menangis. Setelah
selesai acara pemakaman ini orang tua Indra memintaku untuk datang kerumahnya.
Mereka memberiku sebuah DVD dan ‘Jupiter’ gitar kesayangan milik Indra. Mereka
bilang sebelum Indra pergi Indra meminta mereka untuk memberikan ini padaku.
Sesampainya
dirumah aku segera menuju kekamar dan mulai memutar DVD peninggalan Indra yang
berisi pesan yang Indra samapaikan saat dia belum masuk Rumah sakit untukku….
“Hai Ri…, kamu jangan nangis gitu
dong.., kamu doain aku ya.., semoga aku bahagia.. Aku juga minta maaf karna aku
udah bikin kamu nangis,bikin kamu sedih dan bikin kamu khawatir seperti ini..
Kamu tau ngak..?? semenjak aku kenal kamu akutuh ngrasa hari-harikulebih
berwarna, lebih ceria.., aku merasa aku ini hidup untuk yang kedua kalinya. Kamu
boleh percaya aatau tidak kamu itu cinta pertamaku.., aku juga mulaijatuh cinta
sama kamu sejak kamu ngelabrak aku waktu pertama kali kita bertemu itu hlo…?
Masih ingat kan? Ya sudah… kamu jangan nangis terus ya..?? aku saying kamu
selamanya..”
Vidio
tadi benar-benar membuatku menangis terisak lagi. Bagaimana mungkin dia dengan
mudah mengucapkan kata ‘jangan menangis terus..’ sedangkan yang membuatku
menangis adalah dia. Aku benar-benar sudah tak sanggup lagi, ku tutup laptopku
dan akupun mengambil satu lagi barang peninggalan Indra. Si ‘Jupiter’gitar
kesayangannya. Kumulai memetik senar gitar seperti yang di ajarkan Indra
dahulu, dan mulai menyanyikan lagu Rasa Biru milik LYLA. Dulu disaat aku
belajar bermain gitar Indra selalu mengajarkan lagu ini katanya ini lagu yang
indah
Separuh nafasku hilang…Seiring
hujan…
Dan kaupun pergi…pergi untuk
selamanya…..
Tak kudapat isyarat apapun……
Separuh nafasku hilang…Seiring
hujan…
Dan kaupun pergi…pergi untuk
selamanya…..
Tak ku dapat… maaf darimu…
Rasa biru…selimuti hatiku…
Rasa biru… tetap kau disitu….
Hingga
petikan gitarku yang terakhir, air mata tak henti-hentinya mengalir dari kedua
mataku. Tanpa kusadari ternyata ada kak Ivan dan Tiara yang berdiri didepan
pintu. Mereka pun menghampiriku dan memelukku.
“Ri…,
jangan nangis terus ntar aku juga ikut nangis nih…” Ucap Tiara sambil mengusap
air mataku.
“Iya
kakak juga Ikut sedih nih..” Ikut kak Ivan sambil mengusap-usap rambutku.
“kakak,
Tiara…, Indra udah pergi.., kalian jangan pergi ya..?? nanti aku ngak ada temen
lagi..” Ucapku sambil memegang tangan mereka.
“Iya..,
kami ngak bakal ninggalin Rika sendiri kok.., kita akan selalu ada buat Rika.
Rika jangan sedih lagi ya..?” Ucap kak Ivan manghiburku.
☺☺☺
Hari
ini tepat satu tahun setelah Indra pergi. Kini aku sudah mulai merelakannya,
namun aku masih belum menemukan penggantinya. Kak Ivan dan Tiara kini sudah
resmi berpacaran satu bulan yang lalu.
Kini
aku meneruskan kuliah di salah satu Universitas negeri di Jakarta. Aku
menggambil jurusan kedokteran. Aku ingin mengobati orang-orang seperti Indra,
aku ingin membuat mereka penderita kanker hidup lebih lama. Karena Indra kini
ku menemukan bakatku di dunia kedokteran. Terima kasih Indra aku akan selalu
menyimpanmu didalam hati ini. Semoga kau bahagia disana. J
JJ
SELESAI JJ
No comments:
Post a Comment