BAGIAN
1
Mawar
yang Hilang
500 tahun sebelum hari ini
Dengan lembut semilir angin membelai wajahku yang basah karena air mata
bercucuran dengan hebat di wajahku. Meskipun begitu cerah dan indahnya tempatku
berpijak sekarang. Mawar merah bertaburan dari arah pedang biru yang di pegang
lelaki itu membuatku kehilangan seluruh keindahan yang mengelilingiku.
“JANGAN !” Begitu kencang aku
berteriak pada pemuda berambut biru di depanku sampai aku lupa bagaimana cara
untuk berpijak dan terjatuh di tanah.
Satu . . . .
Dua . . . .
Tiga . . . .
Dalam hitungan detik tiga kibasan
pedang pemuda tampan itu menusuk tubuh pengawalku. Dengan penuh susah payah
kuangkat kakiku dan berlari kearah mereka yang terletak beberapa jengkal
dariku. Aku melihat betapa menderitanya wajah pemuda itu, darah merah keluar
dari dadanya dan kedua matanya. Sejenak Juno mencoba untuk berdiri dengan
gontai namun gagal dan kembali terjatuh ke tanah. Semakin dekat kakiku berpijak
di tanah yang di penuhi darah pemuda dengan rambut kuning yang tidak lain
adalah Juno orang yang paling aku cintai.